Bu Nyai Adalah Ibu Kehidupan Santri dan Umat (Catatan Menyambut Awal Bersatunya Bu Nyai, Umi dan Nawaning Pilar Kekuatan Negeri, RMI Kab. Nganjuk)


BU NYAI ATAU UMI, DAN NING ADALAH 

IBU KEHIDUPAN SANTRI DAN UMAT

Agustus 2021

Oleh :

Dra. Nihayatul Laili Yuhana, M.Pd.I


“Perempuan merupakan permata kehidupan.
Jiwa perempuan menjadi cawan autobiografi bagi kehidupan generasinya
Kasih sayang dan naluri keibuan serta kompetensi seorang perempun adalah rumah bagi jiwa-jiwa jernih keluarganya.
Perempuan adalah pilar negeri.
Perempuan adalah ibu kehidupan.."


Tulisan-tulisan ilmiah dalam berbagai media yang ada jarang sekali mengangkat gambaran perempuan sebagai figur penting atau tokoh besar dalam dunia pendidikan Islam pondok pesantren. Sebaliknya di dalam berbagai karya tulis tentang pesantren kecenderungan mengutamakan laki-laki adalah selalu dikedepankan. Hal ini senada dengan kesimpulan penelitian seorang cendekia perempuan dari Aceh, Eka Srimulyani (2009).

Absennya figur-figur hebat perempuan dari literasi ilmiah tentang dunia pendidikan pesantren sangat kontras dengan kenyataan yang ada. Karena justeru kehadiran sosok perempuan di lembaga-lembaga pesantren baik yang menjadi central ataupun berperan sebagai blind spot yang mendampingi kyai memiliki peranan yang amat besar. 

Bahkan eksistensi perempuan yang berperan sebagai pengasuh atau isteri pengasuh atau anggota keluarga pengasuh dengan sebutan bu nyai, mbah nyai, atau umi, ataupun ning (atau dalam bentuk jamak/plural disebut: "nawaning"), adalah telah menjadi keniscayaan yang sangat signifikan konstribusinya. 

Kehadiran seorang bu nyai di dalam pesantren sungguh bagaikan kehadiran kaum perempuan di dalam kehidupan segenap umat manusia: perempuan laksana ibu kehidupan.

Dalam konteks pembahasan pesantren, ada lima elemen-elemen pesantren yaitu: 1) pondok, yaitu sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru, 2) masjid, musholla yaitu yang berkedudukan sebagai tempat ibadah dan pusat pendidikan, 3) program pembelajaran al-Quran, atau kitab klasik, yaitu nahwu, shorof, fiqh, usul fiqh, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf dan etika serta cabang-cabang balaghah, dan lain-lain, 4) santri, yaitu murid yang menimba ilmu baik santri mukim dan santri "nduduk", dan 5) kyai, dan atau bu nyai yaitu sebagai elemen paling penting yang memegang kendali pondok pesantren. 

Sinergitas antara peran kyai dan bu nyai sangatlah berpotensi besar untuk tumbuh berkembangnya pondok pesantren. Kerjasama yang baik antara kyai dan bu nyai menjadikan kokohnya eksistensi sebuah perjuangan.

Bu nyai dan terutama sekali kyai adalah tokoh-tokoh sentral di pondok pesantren. Selain sebagai pemimpin, mereka berdua adalah guru, teladan, dan sumber nasihat bagi para santri. Mereka memiliki peran yang substansial dalam mensosialisasikan konsep dan ajaran agama dengan media pendidikan pesantren.

Hubungan antara kyai dan bu nyai dengan santri diikat oleh emosi keagamaan sedemikian rupa sehingga setiap pandangan dan pendapat kyai dan bu nyai adalah pegangan bagi para santrinya.

Hubungan emosional keagamaan inilah yang membuat peran dan fungsi kyai dan bu nyai menjadi sangat kuat dalam mensosialisasikan nilai-nilai Islami yang baru bagi para santri.

Bentuk kepemimpinan para bu nyai ada yang resmi tercatat secara struktural dalam jajaran formal pimpinan pesantren, atau tidak resmi menduduki tugas di struktur namun mempunyai pengaruh nyata di pesantren. 

Dan tentu saja para bu nyai atau umi, ning memiliki cakupan power yang lebih luas dibandingkan para ustadz dan ustadzah yang biasanya hanya sebatas bertanggung jawab untuk urusan belajar mengajar saja.

Bu nyai  atau umi, ning tidak hanya berperan di bidang belajar mengajar saja, namun lebih pada kepemimpinan dan keteladanan utama di sebuah pesantren.

Kondisi demikian akan semakin kuat terutama sekali kalau mereka para bu nyai mempunyai kompetensi yang melampaui relevansi dengan peran-peran dalam lembaga pondok pesantren. 

Dari fakta yang ada terlihat bahwa walaupun dalam tradisi pesantren yang begitu lekat dengan nilai-nilai yang hirarkis dan paternalistik, seorang bu nyai masih tetap mampu memerankan derivative power yang mereka miliki ke dalam berbagai macam proses interaksi dan negosiasi peran antara ruang publik dan ruang domestik. 

Untuk seorang bu nyai dan umi yang aktif serta punya kualifikasi keilmuan yang bagus, posisi ini akan memberikan mereka kesempatan untuk memiliki agency yang lebih besar dan efektif. Ini juga akan memperluas cakupan peran dan partisipasi publik mereka yang melewati batas-batas teritorial dunia pesantren. 

Peran-peran yang mereka lakukan akan melebihi dari sekedar menjadi ibu bagi komunitas pesantren saja, namun melebar yakni sekaligus menjadi ibu bagi umat di luar pesantren. 

Maka bu nyai atau umi, dan nawaning itu akan menjadi ibu kehidupan santri dan umat.

Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan eksistensi bu nyai, umi, dan nawaning maka RMI Kabupaten Nganjuk membangun sinergitas dan network jaringan dakwah dalam bingkai silaturahmi. Sehingga bukan hanya keberkahan yang ada dalam aspek kehidupan bu nyai, umi, ning, akan tetapi kebersamaan, saling mendo'akan, saling mensupport antar bu nyai dalam perjuangan menggapai ridho Alloh 'Azza Wa Jalla. Sebagaimana harapan ketua RMI  Nganjuk, Gus Ridwan Baidlowi dengan niat nandur sae.

Selamat dan Sukses Selalu untuk para Bu Nyai, Umi, dan Nawaning..

Wallohu A'lam.

____________________ 

Sumber Rujukan:

Nurhayati, Eti. (2012). Psikologi Perempuan Dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Srimulyani, Eka. (2009). NYAI DAN UMI DALAM TRADISI PESANTREN DI JAWA DAN DAYAH DI ACEH: ACHIEVED DAN DERIVATIVE POWER, dalam Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 11 No. 1 Tahun 2009. 51-64.

Komentar

  1. Barokalloh ....
    semangat bu nyai...

    BalasHapus
  2. Salam takdhim Kula Bu Nyai Yuhana
    Masyaallah luar biasa

    BalasHapus
  3. Subhanallah, peran Bu nyai, umi, dan Juga neng sangat luar biasa dalam mengatur santri dan umat, semoga membawa barokah bagi kehidupan santri dan umat semua Aamiin

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah Bu Nyai Yohana semoga selalu bermanfaat buat generasi mendatang yg lebih bagus dan selalu ada dalam estafet perjuangan. Aamiin

    BalasHapus
  6. Subhanalloh ...
    Mugi manfaat barokah Uminyai...
    Aamiin yaa robbal'aalamiin 🤲🏼

    (Umi Khoiriyah)

    BalasHapus
  7. Mugi barokah dan bermanfaat untuk ummat

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep Baru Pengajian

COVID-19 MEMAKNAI DAN MENANGGULANGI DALAM SKALA IMAN

Bimbingan Perkawinan di KUA Berbek