Konsep Baru Pengajian

MODEL PENGAJIAN BERSILABUS 
DAN BERKURIKULUM

Juni 2021

Oleh :

Dra. Nihayatul Laili Yuhana, M.PdI

PENYULUH AGAMA ISLAM FUNGSIONAL 

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. NGANJUK


Pengajian dalam arti taushiyah, mau'idzhoh hasanah, ceramah agama dan sebagainya merupakan salah satu bentuk kegiatan dakwah atau tabligh yang sangat populer. 

                  Foto: Antusiasme umat
               menghadiri pengajian umum

Di dalam tradisi kegiatan pengajian yang lazim sekali diselenggarakan umat ini, kalau kita cermati, ternyata ada satu masalah yang perlu diperbaiki ke depannya yaitu bahwa materi atau isi pengajian yang disampaikan acapkali kurang terstruktur, kurang terencana. 

Kerapkali di dalam pengajian, gonta-ganti penceramah, namun yang disampaikan itu-itu saja. Atau, tidak jarang muncul kesimpulan "pengajian itu yang penting lucu."

Pengajian yang sejenis demikian itu, yang biaya penyelenggaraannya bisa memerlukan puluhan bahkan ratusan juta rupiah itu, kadang terasa kurang-sebanding dengan hasil riilnya. Efektifitasnya sebagai wahana peningkatan kualitas kehidupan ummat kerap perlu dipertanyakan.

Maka suatu kali ketika penulis watching video-video pengajian Ustadz KH. Abdul Shomad, Lc. MA, ustadz dari Riau yang sangat kondang ini, dalam satu video pengajiannya melontarkan pernyataan, "Saya selalu menyampaikan agar pengajian mulailah bersilabus dan berkurikulum." 

Alhamdulillahi Robbil 'alamin, Ustadz Abdul Shomad telah menginspirasi kita yang selama ini gundah di kala mengevaluasi efektifitas kegiatan pengajian. 

Pengajian bersilabus dan berkurikulum inilah model pengajian yang tepat. Sebuah istilah yang perlu segera kita research data-data yang terkait untuk memperjelas konsepnya sehingga mudah diiplementasikan. Juga tentu sangat perlu diadakan eksperimen untuk membuktikan keunggulan efektiftasnya. 

Maka kajian kali ini difokuskan pada masalah: Bagaimana kejelasan dari konsep pengajian bersilabus dan berkurikulum?

Menurut pengamatan dan pengetahuan penulis, belum ada satu pun penelitian akademik maupun publikasi ilmiah yang secara eksplisit membahas tema pengajian bersilabus dan berkurikulum. 

Terminologi penting ini hingga tahun 2021 sekarang ini pun masih belum pernah populer. 

Namun, meski begitu, implementasi dari inti konsep sebetulnya sudah ada minimal sejak tahun 2011 yang lalu.  

Sebuah data berupa postingan dari https://alifmagz.com/whats-on/silaturahmi-pengurus-masjid-dan-majelis-taklim/ menginformasikan bahwa pada hari Minggu, 5 Juni 2011, bahwa Penerbit Lentera Hati bekerja sama dengan Masjid At-Taqwa menyelenggarakan acara Gathering Pengajian. Acara ini diselenggarakan di Masjid At-Taqwa, Jl. Sriwijaya Raya No. 10, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. 

Dalam kesempatan itu, majelis pengajian Baabut Taubah, Kemang Pratama, melaporkan bahwa mereka telah mengadakan kelas-kelas pengajian yang berkurikulum dan bersilabus, seperti kelas bahasa Arab, Fiqh, dan lain sebagainya.

Kemudian pada tahun 2013, bulan Desember, sebagaimana diberitakan Riau Pos, juga sudah pernah diadakan aktifitas pengajian bersilabus oleh Dr. Mushtafa Umar, Lc. M.A. dari Pekanbaru Riau.

Penggiat pengajian di belahan Sumatra ini mengadakan wisata religi dengan title Paket Pengajian Tiga Hari yang diadakan beberapa kali dalam satu tahun dan diikuti oleh ratusan peserta, termasuk banyak yang dari Malaysia. 

Setiap satu paket pengajian membahas satu tema dengan tuntas. Kajian ini bersilabus dan dikaji secara tematik sehingga pemahaman jama'ah jadi utuh, ujar doktor lulusan Universitas Malaya Malaysia itu kepada Riau Pos.

Menurut riset pustaka dan medsos yang penulis lakukan, tokoh besar yang pertama kali melontarkan anjuran agar pengajian hendaknya bersilabus dan berkurikulum adalah Ustadz Abdul Somad (atau di-tag dengan inisial: UAS).  

Dalam satu kesempatan taklimnya, tepatnya pada hari Ahad 1 April 2018, UAS bersama Tuan Guru Bajang  diundang oleh AA Gym di dalam acara Kajian Tauhid di Masjid Rahmatan lil 'Alamin Pondok Pesantren Darut Tauhid Bandung.

Menurut pendakwah lulusan S2 Maroko itu, di antara masalah besar dalam hal dakwah adalah umat selalu sibuk menghabiskan waktu dengan perdebatan pendapat soal-soal cabang agama yang tidak penting. 

"Umat masih selalu disibukkan dengan khilafiyah", kata tokoh perubahan Indonesia tahun 2017 versi Republika ini, "akibatnya susah mencapai target perbaikan ekonomi, politik dan pendidikan."

Ketika ditanya oleh AA Gym, "Terus apa solusinya?"  Ustadz asli Riau yang video pengajiannya selalu viral ini menjawab:  "Saya selalu menyampaikan agar pengajian mulailah bersilabus dan berkurikulum."

Istilah Pengajian

Menurut kamus Bahasa Indonesia pengajian diartikan sebagai pengajaran agama Islam. 

Pengajian dalam bahasa Arab disebut ta'lim yang berasal dari kata 'allama yu'allimu ta'liiman yang maknanya memberikan ilmu. Atau ada yang menyebutkan istilah pengajian cenderung lebih dekat dengan terma tabligh yang berasal dari kata ballagha yuballighu tablighan yang bermakna menyampaikan pelajaran. 

Pengajian memang nyata merupakan suatu bentuk kegiatan taklim sekaligus tabligh, karena di dalam pengajian itu sendiri tidak lepas dari usaha memberikan ilmu pengetahuan sekaligus upaya menyampaikan ajaran-ajaran Islam dalam rangka mengajak atau membina umat manusia untuk senantiasa berada di jalan Islam, sehingga tercapai kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 

Di banyak daerah terutama di Jawa, pengajian umum (belakangan panitia-panitia ada yang suka menyebutnya Tabligh Akbar) sudah merupakan 'menu' tetap dalam setiap agenda kegiatan kaum muslimin. Boleh dikata, tidak ada hari besar Islam tanpa pengajian. Pengajian juga merupakan acara inti dalam setiap kegiatan khataman pesantren atau madrasah, dalam peringatan haul ulama, walimatul 'ursy; khitanan, syukuran haji, bahkan pindahan rumah.

Pada umumnya, di dalam pengajian dibahas tentang ajaran-ajaran Islam dan penjelasannya, seperti muamalah, aqidah akhlak, tauhid dan masih banyak lagi ajaran Islam lainnya. Bagi sebagian besar umat muslim, pengajian juga merupakan kebutuhan seseorang untuk bisa mendapatkan ajaran-ajaran Islam yang baik dan benar. Sekaligus dijadikan sebagai sarana menjalin interaksi sosial sekaligus wahana komunikasi.

Erat sekali dengan istilah pengajian, adalah istilah Taushiyah dan istilah Mau’idzhoh Hasanah. Kalau kita amati dapat disimpulkan bahwa istilah pengajian lebih digunakan unuk menunjukkan arti kegiatan atau event-nya. Sedangkan tausiyah dan mauidzhoh hasanah lebih kepada arti  acara ceramah agama yang ada di dalam suatu pengajian di samping ada acara pertama pembukaan, acara kedua pembacaan ayat-ayat suci al-Quran.. dan lain-lain. 

Tausiyah adalah istilah di kalangan umat Islam yang merujuk kepada kegiatan syiar agama (dakwah) yang disampaikan secara tidak resmi (informal), berbeda dengan tabligh, ceramah, orasi, atau khutbah yang lebih berkonotasi kepada yang berskala besar atau resmi. Secara praktis, tausiyah juga berarti ceramah keagamaan yang berisi pesan-pesan dalam hal kebenaran dan kesabaran, merujuk pada QS. Al-Ashr:3. "Watawashou bil haqi watawashou bish shabr" yang artinya "Dan mereka saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran".  

Sedangkan mauidzhoh hasanah artinya adalah petuah yang baik.

Pengertian Silabus 

Silabus dapat didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran. Silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standart kompetensi dan kemampuan dasar peserta didik yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kemampuan dasar. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

Tentang Kurikulum 

Para ahli memiliki pandangan yang beragam tentang kurikulum. Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan praktik dan teori pendidikan. Dalam pandangan lama, kurikulum dipandang sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus dipelajari, itulah kurikulum.  Pengertian kurikulum seperti ini, meskipun oleh para ahli dianggap sebagai pengertian tradisional, namun terbukti masih banyak dianut sampai sekarang, bahkan masih mewarnai kurikulum yang berlaku dewasa ini. 

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan dewasa ini ternyata berdampak pada pergeseran makna kurikulum. Kurikulum tidak dipandang sebagai mata pelajaran, akan tetapi dianggap sebagai pengalaman belajar. Dalam pandangan modern ini, kurikulum lebih dianggap sebagai serangkaian pengalaman yang merupakan hal yang nyata terjadi di dalam proses pendidikan. Maka, secara komplementer dikatakan bahwa kurikulum ialah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki, materi yang perlu dipelajari, pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang diperlukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi diri pada satuan pendidikan tertentu.

Sedangkan dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum ditunjukkan dengan kata manhaj dari perubahan akar kata nahaja-yanhiju-nuhajan yang berarti jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia. Sehingga istilah kurikulum ini memiliki suatu harapan makna bahwa ia merupakan jalan terang yang dilalui guru dengan peserta didik yang di dalamnya memuat tentang tujuan-tujuan yang hendak dicapai. 

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan sikap mental.

Dalam dunia pendidikan, kurikulum menjadi semacam barometer untuk mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran, sehingga salah satu entitas yang dikatakan sangat urgen dalam pendidikan adalah anatomi kurikulum itu sendiri.

Selanjutnya, yang musti dibahas adalah bahwa pengajian merupakan suatu derivasi dari pembelajaran untuk orang dewasa atau disebut andragogi, yang menurut para ahli jelas berbeda dari pembelajaran untuk anak belum dewasa, atau anak sekolah, yang diistilahkan dengan pedagogi. Maka di dalam model pengajian bersilabus dan berkurikulum akan dikembangkan konsep andragogi yang dibangun di atas empat asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi. 

Asumsi Pertama, seseorang dewasa tumbuh dan matang konsep dirinya bergerak dari ketergantungan total menuju ke arah pengarahan diri sendiri. Atau secara singkat dapat dikatakan pada anak-anak konsep dirinya masih tergantung, sedang pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian konsep dirinya inilah orang dewasa membutuhkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang dapat mengarahkan diri sendiri. Apabila dia menghadapi situasi di mana dia tidak memungkinkan dirinya menjadi self directing maka akan timbul reaksi tidak senang atau menolak. 

Asumsi kedua, sebagaimana individu tumbuh matang akan mengumpulkan sejumlah besar pengalaman di mana hal ini menyebabkan dirinya menjadi sumber belajar yang kaya, dan pada waktu yang sama memberikan dia dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru. Oleh karena itu, dalam teknologi andragogi terjadi penurunan penggunaan teknik transmital seperti yang banyak dipakai dalam pendidikan anak sekolah, dan lebih mengembangkan teknik pengalaman (experimental-technique). Maka penggunaan teknik diskusi, kerja laboratori, simulasi, pengalaman lapangan, dan lainnya lebih banyak dipakai. 

Asumsi ketiga, bahwa setiap individu yang kedewasaannya sudah matang, maka kesiapan untuk belajarnya kurang ditentukan oleh paksaan akademik dan perkembangan biologisnya, tetapi lebih ditentukan oleh tuntutan-tuntutan tugas perkembangan untuk melakukan peranan sosialnya. Dengan perkataan lain, orang dewasa belajar sesuatu karena membutuhkan peningkatan perkembangan mereka sesuai peranannya, apakah sebagai pekerja, orang tua, pimpinan suatu organisasi, atau bahkan sebagai orang yang tinggal menjalani hidup damai di masa tua. 

Asumsi keempat, bahwa orang dewasa berkecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan masalah kehidupan (problem-solving-centered-orientation). Belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi masalah hidupnya.

Kesimpulan

Pengajian bersilabus dan berkurikulum dimaksudkan sebagai pola pemberian taushiyah, mauidzhoh hasanah, atau getok tular ilmu yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Secara khusus, untuk setiap akan menyampaikan materi, maka harus sudah direncanakan mengenai tema, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Secara umum, bahwa di dalam program pengajian ini, maka sudah tersusun perencanaan tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki, materi yang perlu dipelajari, pengalaman belajar yang harus dijalani oleh peserta untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang diperlukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan mereka, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta dalam mengembangkan potensi diri pada kegiatan pengajian.

Maka dari uraian di atas dapat dirumuskan sebuah definisi bahwa Pengajian Bersilabus dan Berkurikulum adalah penyampaian mau'idzhoh hasanah, taushiyah, ceramah agama, yang mana rencana, garis besar, ringkasan, atau pokok-pokok materi dan juga target kompetensi pesertanya sudah tersusun sistematis dan logis.

Wallohu A'lam.

_______________________

DAFTAR PUSTAKA

Al Quranul Karim. 1989. Al-Quran dan Terjemahannya. Departemen Agama.

Asmin. t.t. KONSEP DAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK ORANG DEWASA (ANDRAGOGI). psikologinet.com. 

Hanun Asrohah dan Anas Amin Alamsyah. 2015. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Kopertas Wilayah IV.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengajian. 

Jayadina, Afnani. 2016. Skripsi: Fungsi Sosial Pengajian Bergilir di Rumah Warga: Studi Tentang Tradisi Pengajian Bergilir dan Upaya Memakmurkan Masjid di Dusun Pugeran, Jambidan, Banguntapan,  Bantul, Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Jurnal Al-Bayan/ VOL. 23. NO. 2 Juli  Desember 2017. Aceh: UIN Ar-Raniry. 

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

COVID-19 MEMAKNAI DAN MENANGGULANGI DALAM SKALA IMAN

Bimbingan Perkawinan di KUA Berbek