Bijak Taat Pemimpin
dan beberapa 'ulama duduk satu majelis
dengan Gubernur Emil dari kalangan umaro'
TAAT PEMIMPIN ULIL AMRI:
Pilihan Bijak Saat Ini
Juli 2021
Oleh :
Dra. Nihayatul Laili Yuhana, M.Pd.I
PENYULUH AGAMA ISLAM FUNGSIONAL
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN NGANJUK
Setiap orang pasti akan diberi ujian ataupun masalah.
Tak ubahnya kita hari-hari ini. Di tengah hantaman pandemi covid yang mengamuk lagi yang menyebabkan pemerintah menetapkan kebijakan PPKM Darurat mulai 3 sampai 20 Juli 2021 ini, kita menghadapi ujian yang, antara lain, berupa sulitnya menentukan pilihan jawaban atas pertanyaan: kita harus bagaimana.
Di sinilah refreshing terhadap inventaris pengalaman hidup, kecerdasan bersikap dan dasar-dasar pertimbangan ilmiah yang berkualitas diperlukan adanya.
Dan di sini pula kita perlu satu paduan kata: kita harus kembali kepada Alloh dan Rosul-Nya Shollallahu 'Alaihi Wasallam.
Kemudian, untuk bisa kembali kepada Alloh dan Rosul-Nya Shollallahu 'Alaihi Wasallam dengan lebih sempurna, kita harus taat ulil-amri, taat pemimpin.
Taat memiliki arti tunduk, patuh, tidak membangkang, tidak berontak. Ulil amri berarti pihak yang memegang urusan, yang memegang perintah, atau pemimpin, baik pemimpin pemerintah atau disebut umaro maupun pemimpin agama atau disebut 'ulama.
Peranan pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari yang terkecil sampai yang terbesar, umpamanya sebuah negara, tidak akan tercapai kestabilan dan kenyamanan tanpa ada pemimpin.
Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.
Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ
وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ
فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ
اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ
ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
Q.S. An-Nisa'[4]:59
Tentang pengertian ulil amri, menurut para ahli tafsir, adalah umara dan 'ulama, dan juga orang-orang bijaksana, pemimpin pasukan dan pemimpin-pemimpin lainnya.
Dalam tulisan pendek ini, kita tekankan pada ulil-amri yang ditafsirkan sebagai umara dan 'ulama.
Sebagai bangsa yang bernegara Indonesia, kita tentu saja taat pemerintah Republik Indonesia. Lalu sebagai umat Islam, hendaknya kita mengikuti pendapat orang yang mengerti, orang yang ahli, orang yang alim, atau ulama. Tidak cerdas bagi kita mengikuti pendapat orang yang awam, manakala pendapat mereka bertabrakan dengan pendapatnya 'ulama.
Lebih dari itu, ketika telah melangkah mengikuti 'ulama, hendaknya kita mengikuti pendapat 'ulama yang mayoritas (jumhur ‘ulama), serta berusaha berkesesuaian dengan mayoritas umat Islam yang ada di dunia yang telah mengikuti mereka jumhur ulama tersebut.
Oleh karena walaupun mayoritas itu tidak dijamin pasti benar, namun potensi kesesuaian mereka kepada kebenaran tentu lebih besar dibandingkan minoritas. Walaupun mayoritas berpotensi salah, namun peluangnya amat sangat kecil. Bahkan hampir-hampir sulit untuk ditemukan celah kesalahan mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda :
إِنَّ أُمَّتِي لَا تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلَالَةٍ
فَإِذَا رَأَيْتُمُ اخْتِلَافًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ
“Sesungguhnya ummatku tidak bersepakat atas kesesatan. Maka apabila kalian melihat perselisihan, tetapkan diri kalian dengan golongan mayoritas (HR Ibnu Majah: 3950).
Menurut keterangan para 'ulama, as-sawad al-a'dzham di dalam hadits di atas adalah kelompok yang terbanyak, golongan terbesar, golongan mayoritas.
Wallahu alam bish shawab.
Alhamdulillah, terimakasih...ilmu yg bermanfaat...amin.,.
BalasHapus