TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK ADALAH AMANAH DARI ALLAH SWT
TANGGUNG JAWAB
ORANG TUA TERHADAP ANAK
ADALAH AMANAH DARI ALLAH SWT
Februari 2020
Oleh :
Dra. Nihayatul Laili Yuhana, M.PdI
PENYULUH AGAMA ISLAM FUNGSIONAL
KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KAB. NGANJUK
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu
dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh" (QS.Al-Ahzab(33) :72)
TEMA DAN SARI TILAWAH
1.
Allah memplokamirkan penawaran terhadap
seluruh makhluk untuk menerima amanah.
2.
Tidak adanya kesanggupan makhluk untuk
menerima amanah karena terlalu besar konsekuensi yang harus ditangungnya kelak
diahirat.
3.
Hanya manusia yang sanggup menerima
amanah diantara seluruh makhluk
4.
Kesanggupan manusia memegang amanah
menjadi watak dasar sekalipun mengetahui kelemahan yang dimilikinya. Karenanya
Allah menegaskan manusia itu dholim dan bodoh.
MASALAH DAN ANALISIS JAWABAN
Senang menerima
suatu tanggung jawab dan
memikul suatu beban amanah merupakan sifat dan karakter dasar
manusia . Bahkan manusia
selalu berusaha
agar dirinya yang terpilih untuk memikul amanah tersebut akan tetapi kebanyakan manusia senantiasa
melupakan qodratnya yang
lemah. Oleh karenanya manusia dikatagorikan sebagai makhluk yang bodoh dan
dholim. Berkaitan dengan beban amanah
yang disukai manusia dalam segala aspek
kehidupan, maka dalam hal ini banyak
fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini termasuk amanah manusia sebagai orang
tua. Setiap orang tua mendambakan anaknya menjadi bunga kehidupan. Akan tetapi
realitas yang ada terkadang menjadi kebalikannya. Dari sinilah timbul berbagai
pertanyaan terutama masalah berikut :
1.
Apa amanah itu dan apa saja bentuk
amanah yang dibebankan Allah kepada manusia yang kelak harus dipertanggung
jawabkan?
Jawaban sementara : semua yang diberikan Allah SWT
didunia ini adalah titipan amanah yang
harus dijaga dan dipertanggung jawabkan kelak dihari akhir. Adapun bentuknya
banyak sekali .
2.
Apakah tangung jawab manusia terhadap
anaknya memiliki relevansi dengan amanah yang dimaksud Allah SWT dalam Ayat
diatas ? Jawaban sementara : Kontruksi
Ketentuan Allah SWT yang telah disyariatkan untuk manusia dalam melaksanakan
semua tanggung jawabnya sebagai orang
tua terhadap anaknya memiliki korelasi yang sangat terkait.
3.
Apa bentuk Amanah yang dibebankan Allah
SWT terhadap manusia sebagai orang tua ?
Jawaban Sementara : Bentuk
amanahnya adalah suatu tugas besar yang menjadi tanggung jawabnya untuk
mengoptimalisasikan dan mengupayakan
anak menjadi “ QURROTU A’YUN
“
PENDALAMAN DAN PENELITIAN
BAB I
Aktifitas Manusia Adalah Amanah
Dari masalah nomor satu apa amanah itu
dan apa saja bentuk amanah yang dibebankan Allah kepada manusia yang kelak harus
dipertanggung jawabkan? Jawaban sementara : semua yang diberikan
Allah SWT didunia ini adalah titipan
amanah yang harus dijaga dan dipertanggung jawabkan kelak dihari akhir.
Adapun bentuknya banyak sekali .
Sebelum
sebuah amanah diberikan Allah SWT
kepada manusia, maka sesungguhnya Allah
SWT telah menawarkan kepada semua makhluk besar untuk menerimanya. Akan tetapi
karena takutnya konsekuensi besar yang harus ditanggungnya atas pelimpahan
amanah maka semua makhluk besar itu menolaknya.
Akan tetapi Imam Tholhah dari ibn Abbas dalam kitab Tafsir Ibn Katsir
menjelaskan bahwa pelimpahan amanah itu ditawarkan kepada Adam as dan meyetujuinya. Sekalipun Allah SWT telah
menegaskan bahwa jika adam menjalankan maka akan mendapat ampunan, jikalau
menghianatinya akan mendapat siksaan.[1]
Kesediaan
manusia memikul tanggung jawab amanah disebutkan sebagai suatu kebodohan karena
manusia sebenarnya mengetahui berbagai kekurangannya. Sbagaimana yang
diungkapkan Allah SWT bahwa :
إِنَّ الإنسان لِرَبّهِ لَكَنُودٌ
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya. QS. Al-`Adiyat(100 ) : 6
وإِنَّ الإنسان ليطغى
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas
QS. Al-`Alaq( 96 ) : 6
Amanah
menurut Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-baghowi dalam kitab Mualimut
Tanzil memiliki kesamaan dalam memaknai “ Amanah” dengan Abu Ja’far
at-Thobari dalam Jamiul Bayan Fi Ta’wilil Qur’an. Kedua tokoh itu memaknai
Amanah dengan
Yang dimaksud dengan
amanah adalah sebuah ketaatan dan kewajiban kewajiban yang dibebankan Allah SWT
terhadap seluruh hamba-Nya.
I.A. Kebebasan menentukan pilihan dalam melaksanakan amanah
Dari
pendapat kedua tokoh tersebut diatas bisa membawa pada suatu pemahaman bahwa seluruh perintah yang telah ditegaskan
Allah SWT dan semua kewajiban kewajiban yang harus dilaksanakan manusia sebagai
hambaNYa adalah sebuah amanah. Akan tetapi dalam menjalankan Amanah, manusia masih diberi kebebasan untuk memilih melakukan
segala perbuatan yang dikehendaki dan yang disukai. Manusia dipersilahkan untuk
memilih tetap berada dalam jalan Allah SWT atau keluar dari ketentuan yang
telah digariskanNya. Seseorang diberi
hak memilih bentuk dan jenis dari perbuatannya. Apakah manusia akan memilih
berada di jalan Allah dalam menjalankan amanah yang ditanggungnya, atau justru
memilih menghianati Allah dengan mengabaikan amanah yang menjadi tanggungannya.
Akan
tetapi dalam menentukan pilihan bebasanya ,
Allah SWT memberikan worning bahwa
Allah SWT adalah Dzat yang senantiasa melihat
setiap gerak gerik dan langkah yang dilakukan oleh manusia. Karenanya manusia
hendaklah berhati hati dalam mengoperasionalkan
amanah Allah SWT. Sebagaimana yang difirman Allah SWT dalam QS.
Fushilat (41): 40 yang berbunyi
اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ
بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (40)
Maka sembahlah olehmu
apa yang kamu kehendaki selain Dia.Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang
yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya
pada hari kiamat". ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.QS.
Az-Zumar ( 39):15
Perintah ini bukanlah
menurut arti yang sebenarnya, tetapi sebagai pernyataan kemurkaan Allah
terhadap kaum musyrikin yang telah berkali-kali diajak kepada tauhid tetapi
mereka selalu ingkar.karenanya Allah memberikan kebebasan sekaligus pemberitaan
konsekuensi hukum yang harus diterimanya.
l. B. Bentuk bentuk amanah dan pertanggung
jawabannya
Ibnu Mas`ud menguraikan
amanah masuk dalam katagori aktifitas melakukan sholat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan ramadhan, menunaikan ibadah haji, membayar hutang, adil saat
menimbang. Sedangkan Imam Abu `Aliyah mengklasifikasikan dalam dua hal yaitu
menjalankan semua apapun yang diperintah Allah SWT dan mencegah dari seluruh
perbuatan yang dilarang-Nya. Dalam menjelaskan amanah `Abdulloh bin Umar bin
`Ash lebih merinci amanah meliputi penjagaan kemaluan, amanah pendengaran, mata, tangan dan kaki.[2]
Sehingga dari berbagai pendapat tersebut difahami bahwa apapun aktifitas
manusia dalam kehidupan ini adalah Amanah.
Setiap amanah yang diberi oleh Allah
SWT kepada manusia
pasti kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari apa yang telah dibebankan
kepadanya. Seorang pemimpin
akan ditanya bagaimana ia menjalankan kepemimpinannya, orang kaya akan ditanya
bagaimana cara mendapatkan
harta dan kemana saja harta yang dimilikinya tersebut ditasyarufkan. Seorang suami akan ditanya dalam melakukan kewajiban-kewajiban yang dijalankanya . Bagaimana
memperlakukan isteri, menafkahi lahir dan batinnya maupun menjaga
perbuatan-perbuatan istrinya dan semua anggota
keluarganya. Semua profesi,
jabatan dan
keadaan tidak lepas dari
pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT. Dalam Shohih Bukhori jus 5 hal 30 Rosul bersabda
"Setiap
manusia adalah pemimpin dan semua akan dimintai pertanggung- jawaban kelak dari
kepemimpinannya tersebut." Seorangpemimpin akan ditanyai tentang
kepemimpinannya, seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan dia akan ditanya
tentang kepemimpinannya, dan seorang wanita menjadi pemimpin dirumah suaminya
dan akan ditanya
Pada prinsipnya
tanpa meminta dan tanpa mengadakan pilihan untuk merebut kursi pimpinan seperti
di pilkada, sebenarnya Allah SWT telah menganugerahkan tanda kehormatan kepada
manusia tanpa melihat suku, ras maupun jabatan. Seorang yang menjadi sahaya
ataupun seseorang yang menjadi pemimpin atau figure tokoh masyarakat sekalipun
telah diangkat Allah SWT menjadi pemimpin. Kepemimpinan manusia itu bisa dalam
skup yang luas maupun yang sempit. Bagaimana manusia tidak menyadari bahwa
seluruh amaliyah lahir batin, amaliyah tiap pergerakan tubuh dan tangan mapun
langkah kaki adalah berjalan karena kepemimpinannya. Oleh karenanya kelak
diahirat tinggal memepertang jawabkan kepemimpinannnya. Bahkan allah SWT telah
mengilustrasikan apa saja yang
diperintah Allah pada manusia untuk mempertang jawabkan amaliyahnya.
I. C. Anggota
tubuh yang menjadi saksi
Penjelasan tentang anggota tubuh yang
memiliki peranan tunggal kelak diakhirat dalam memberikan pertanggung jawaban
semua yang telah dilakukannya ketika didunia bahkan lidah sudah tidak
diperkenabkan menjalankan fungsinya untuk berbicara karena Allah SWT telah
menguncinya sebagaimana termaktub dalam :
Pada
hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap
apa yang dahulu mereka kerjakan.
QS.Annur (24):24
pada hari ini Kami tutup mulut mereka;
dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka
terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.
QS.Annur
(24):24
Oleh karenanya sebagai manusia yang
arif adalah dengan menyadari berbagai pola kehidupan dunia ini hanyalah sekedar
warna yang dicoretkan pada kanvas kehidupan. Baik buruknya, indah dan tidaknya
semua tergantung kepada yang melukiskannya. Semua pasti akan dipertanggung
jawabkan dihadapan Allah SWT . Aktifitas apapun dari gerak mulut dan tangan
serta langkah kaki manusia merupakan amanah yang harus dijaga dengan sebaik
mungkin dan dengan penuh teliti dan penuh kehati hatian. Sebelum ajal datang
Allah masih sempat memberi manusia untuk berkreasi dan berinofasi dalam
membangun jiwa raga sehingga amanah yang
diberikan oleh Allah betul betul terealisasi dengan berselimut Ridho dari Allah
SWT.
BAB II
Relevansi Amanah
Dengan Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak
Apakah
tangung jawab manusia terhadap anaknya memiliki relevansi dengan amanah yang
dimaksud Allah SWT dalam Ayat diatas ? Jawaban
sementara : Kontruksi Ketentuan Allah SWT yang telah disyariatkan untuk
manusia dalam melaksanakan semua
tanggung jawabnya sebagai orang tua terhadap anaknya memiliki korelasi
yang sangat terkait.
Dengan
mengetahui penjabaran makna amanah sesuai dengan uraian diatas maka
diketahui bahwa salah satu bentuk
tanggung jawab orang tua terhadap anaknya termasuk amanah. Relevansi ini
didapat dari pemahaman amanah secara general yang dipartisi kesalah satu
aktifitas manusia secara rinci sesuai dengan alur pembahasan. Hal ini senada
dengan paparan yang ada dalam kitab Durotun Nasihin yang memaknai amanah
dengan “ Ahli Wal Aulad “. Dimana orang tua wajib menjaga amanahnya untuk
melaksanakan semua kewajiban kewajiban yang dikaitkan dengan seluruh perintah
Allah SWT yang telah menjadi legitimasiNya sesuai dengan apa yang telah
digariskan secara permanen dalam al-Qur’an.
Perintah
dari Allah SWT dalam mengemban amanah sebagai orang tua, tidak semua bersifat
kalimat perintah. Akan tetapi terkadang berwujud imbauan, pemberitaan dan abstraksi historis
dari perjalanan para nabi dan orang orang sholeh dalam menghadapi anak.
Konstruksi legitimasi Allah SWT ini tidak hanya dari beberapa ayat yang tersurat. Akan tetapi juga ada pada
makna yang tersirat dari ayat ayat yang dijelaskan Allah SWT. Seperti paparan yang Allah SWT uraikan dalam
ayat ayat-Nya yang diklasifikasi dalam point point dibawah ini.
II.
A. Ayat ayat yang berkaitan dengan kehidupan anak dan orang
tua
II.
A. 1.
Cinta orang tua kepada anak:
Allah SWT mengungkapkan tentang adanya sebuah rasa kecintaan
yang tinggi terhadap seorang anak dari historis nabi Ayyub as
Berkata
Ya'qub: "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf Amat menyedihkanku dan
aku khawatir kalau-kalau Dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari
padanya." QS. Yusuf (12): 13
dan Ya'qub berpaling
dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap
Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena Kesedihan dan Dia adalah
seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). QS. Yusuf (12): 84
II.A.2.
Anak sebagai fitnah (cobaan)
Perintah dalam bentuk pelarangan dan gambaran tentang anak dalam
kehidupan dunia yang
Hai orang-orang beriman, janganlah
hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang
berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.QS.Al-Munafiqun
(63): 9
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmYLsjSVU30PnH2Or1vkuxUWmUtaxBIUvnIbh4Pza7P6k2SnUzaXQFlQXbXqq6w-kOul-KXXyg-u-ds9DVVgBa_hH5QclrucwYpWrIuboWQkl_NLyuQWeEkzyZfZYJYpfU5rrOH04-wPE/s640/ORTU+6.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmYLsjSVU30PnH2Or1vkuxUWmUtaxBIUvnIbh4Pza7P6k2SnUzaXQFlQXbXqq6w-kOul-KXXyg-u-ds9DVVgBa_hH5QclrucwYpWrIuboWQkl_NLyuQWeEkzyZfZYJYpfU5rrOH04-wPE/s640/ORTU+6.jpg)
Dan
janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah
menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan
agar melayang nyawa mereka, dalam Keadaan kafir.QS. at-Taubah (9):85
Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternakdan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).QS. Ali Imran
(3): 14
Harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik
pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. QS.Al-Kahfi (18):46,
II. A.3. Mendoakan anak dengan keberkahan:
يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آَلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا
(6)
Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan Jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai".QS.Maryam( 19):6
III.A.4. Bebaikan orang
tua bermanfaat untuk anaknya:
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".QS. al- Kahfi (18):82
III.
A. 5. Nasehat orang tua untuk anaknya
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEje3PuVpNuncY9A981pr5-PmkHbN-zPq4deuspBIJ1dJ2eYK59gr3qPchqW_Rrg3TjupyMSk-DbozYWVv_5cUNgb6iQR5lXxNF-aJ3yNNHTgOzGP0dlpAUpA0IzgvFSKoov20Ef8Zl11Cw/s640/ORTU+22.jpg)
Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".QS. al-Baqoroh (2):132.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEje3PuVpNuncY9A981pr5-PmkHbN-zPq4deuspBIJ1dJ2eYK59gr3qPchqW_Rrg3TjupyMSk-DbozYWVv_5cUNgb6iQR5lXxNF-aJ3yNNHTgOzGP0dlpAUpA0IzgvFSKoov20Ef8Zl11Cw/s640/ORTU+22.jpg)
Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".QS. al-Baqoroh (2):132.
Adakah
kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata
kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka
menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya". QS.
al-Baqoroh (2):133.
dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".QS. AL-Luqman (31):13.
(Luqman berkata): "Hai
anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Haluslagi Maha
mengetahui.Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah).
QS.
AL-Luqman (31):16-17
III.
A. 7. Memberi pengajaran kepada anak untuk beribadat
Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.. Hai orang-orang kafir, janganlah kamu
mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi Balasan menurut
apa yang kamu kerjakan.QS. at-Tahrim (66):6-7
Dari
kontruksi ketentuan yang diuraikan Allah SWT tersebut dapat diambil pemahaman
bahwa seluruh aktifitas manusia sebagai orang tua yang diberi amanah anak dalam kehidupan memiliki tanggung jawab.
BAB III
Tanggung Jawab Orang Tua Perwujudan Amanah
Masalah nomor tiga adalah : Apa bentuk
Amanah yang dibebankan Allah SWT terhadap manusia sebagai orang tua ? Jawaban Sementara
: Bentuk amanahnya adalah suatu tugas
besar yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengoptimalisasikan dan
mengupayakan anak menjadi “ QURROTU A’YUN “
Setiap
orang tua yang menjankan amanah
hendaklah bermuhasabah sudahkah mengajari,
mendidik anak
menjadi orang yang berbudi, yang tau dan
mengerti akan Tuhannya?
Sudahkah anak mengerti dan menjalankan ajaran agama sebagai sifat dan sikap hidup ? karena semua itu akan dimintai pertanggung jawaban.
Tidak
ada manusia terlahir kedunia ini kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka
orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut sebagai yahudi, nasrani maupun
majusi ( HR. Bukhori )[3]
Oleh
karena itu kewajiban memberi anak pelajaran ataupun pendidikan bagi setiap
orang tua terhadap anaknya menjadi dasar yang akan menentukan nasib bagi orang
tua. Sesuai dengan sabda nabi Muhammad saw yang berbunyi :
Didiklah anak anakmu dengan mengerjakan
sholat saat ia berusia tujuh tahun, sedang saat ia berusia 16 tahun, maka
pukullah saat tidak mau dan pisahlah
tidurnya /Sunan Abu Dawud;2/167
Dari
sabda rasulullah saw menunjukkan adanya tugas penting orang tua dengan
berkewajiban mengarahkan anak mengetahi tuhannya dan pendidikan yang kontinyu tanpa
kenal lelah serta mendidik moral anak dalam segala aspek kehidupan.
III. A. Kewajiban
orang tua terhadap anak
Setiap orang tua
mendambakan anaknya tumbuh berkembang dengan memiliki keluhuran akhlak. Orang tua pasti bangga melihat anaknya sangat sopan.
Memiliki anak sebagai Qurrotu A’yun, sebagaimana yang diajarkan dalam
al-Qur’an ternyata memerlukan usaha yang ekstra bagi orang tua. Berbeda dengan
anak “ gerandong “ , anak syetan. Anak yang memiliki jiwa, ahlak syetan
sangatlah mudah. Mereka hidup dibiarkan dengan lingkungan buruk tanpa ada
bimbingan dan nasehat pasti akan jadi pengikut syetan atau menjadi anak dengan sebutan anak
Tholeh, anak yang tidak baik. Menjadikan anak
memiliki sifat gerandong akan lebih mudah daripada menjadikan anak memiliki akhlak luhur. Anak dilepas tidak tau jadwal pulang, tidak tau jadwal
sholat, selalu kluyuran akan mudah menjadi pengikut gerandong. Akan tetapi jika orang tua menginginkan anaknya menjadi anak
yang sholeh maka orang tua tidak boleh mengenal lelah dalam mengarahkan dan
mendidik anak. Tugas ekstra harus
ihlas dijalankan orang tua karena hal tersebut memang sulit. Semua harus
diusahakan oleh setiap orang tua. Sehingga usaha orang tua untuk menolong putra
putrinya tersebut menjadi anak yang berakhlak bagus, memiliki nilai tinggi
dihadapan Allah SWT.Dalam Musonnef Ibn Abi syaibah Juz 6 halaman 101
diterangkan bahwa rosululloh saw bersabda :
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIEVQUeaggMQMIAuyEVaQ4JqrSWd1FyVWBeD2uZG7uNNeySD3BrFyHdq2ajdvjGoEkdGUc8WVfjEmavD7_2b4bsGl4E98r13sq_HMNvwCtk8IaTHpRY6pizTj4FiMkc7l2_xgYsXtM6h8/s640/ORTU+24.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIEVQUeaggMQMIAuyEVaQ4JqrSWd1FyVWBeD2uZG7uNNeySD3BrFyHdq2ajdvjGoEkdGUc8WVfjEmavD7_2b4bsGl4E98r13sq_HMNvwCtk8IaTHpRY6pizTj4FiMkc7l2_xgYsXtM6h8/s640/ORTU+24.jpg)
Allah swt akan memberi kasih sayang kepada orang tua yang mau menolong anaknya untuk selalu mengarahkan kepada kebaikan.
Imam
Musthofa Al-Gholayain mengatakan bahwa tidaklah disebut suatu pendidikan jika
didalamnya tidak ada unsur penanaman akhlaq terhadap generasi penerus
(anak-anak).Berdasarkan hal tersebut diatas semoga setiap orang tua diberi
kekuatan dan kemampuan oleh Allah untuk mengemban amanah,menjadikan anak
sebagai generasi islam yang akan mendapat bimbingan dari Alloh SWT.
III.A.2.Memberi
Nama Yang Bagus
Nama merupakan panggilan yang menjadi suatu
identitas bagi seseorang.Nma memiliki kekuatan yang mampu membentuk psikologi
dan sosiologi yang baik bagi perkembangan seorang anak. Oleh karenanya sudah
selayaknya orang tua diberi kewajiban untuk memperbaiki nama yang menjadi
identitasnya. Bahkan rasululloh SAW
menegaskan bahwa nama adalah do’a bagi penyandangnya. Sehingga
beliau memerintahkan umatnya untuk memberi nama yang baik untuk putra putrinya. Jikalau nama menjadi
sebuah do’a maka setiap orang tua hendak berlomba lomba mendo’akan putra
putrinya agar selalu disebut orang lain. Sehingga semakin banyak orang
memanggil anaknya maka sebanyak itulah do’a dipanjatkan. Dengan harapan anak
memperoleh seluruh kebaikan dari identitas yang disandangnya.
Ditinjau dari psikologi dan
sosiologi perkembangan seorang anak yang memiliki nama baik dan anak yang memiliki nama
jelek akan berbeda. Seorang anak yang memiliki nama bagus akan
memiliki rasa percaya diri yang sangat besar. Bahkan didalam berinteraksi sosial dia tidak
akan canggung untuk mengenalkan nama dirinya. Kepercayaan dirinya juga
akan muncul beriringan tepat saat ia memperkenalkan dirinya. Sehingga
dia akan bangga dengan namanya karena memuat banyak doa. Banyak nama nama anak yang bagus yang kita
dengar. Bukan bagus kedengarannya saja akan tetapi bagus secara maknanya.
Nama anak
yang baik bisa diambilkan dari al-Qur’an, dari susunan bahasa arab
yang bagus, dari bahasa jawa, atau bahasa apapun yang memuat makna kebaikan.
Penulis sendiri mencoba menyusun sebuah nama sesuai dengan harapannya terhadap
putra putrinya. Seperti Ihza Ahsanal
Qoshosh, Muhammad Anjaz Maraja Jadduk dan Belladona Hilya Syahara. Banyak
juga nama baik seperti Maryam, Najwa Ahmad, Muhammad dll.
Dalam pengambilan nama dari
al-Qur’an tidak boleh asal
comot tanpa mengetahui terlebih dahulu maknanya. Suatu misal pada suatu
hari ada orang tua yang bangga karena merasa telah menamakan anaknya
yang diambil dari al-Qur’an.
Sehingga orang tua tersebut langsung mengganti nama anaknya setelah mengetahui
bahwa nama anaknya kalb itu artinya anjing. Kejadian kecil seperti ini
jangan sampai terjadi walau bagi orang yang memiliki egoisme tinggi serta merta
memiliki cara untuk menutupi rasa malunya dengan memodernkan
namanya dengan Mr.Kelb. Hal ini bisa saja terjadi.
Sebenarnya nama bagus itu
tidak harus dari alqur’an. Bisa dari mana saja asal memiliki makna yang bagus. Seperti
Lestari,Wibowo,Indah dls. Yang jelas dari nama tersebut harus ada suatu nilai
spirit yang positif. Sehingga anak tidak akan malu dengan nama yang
disandangnya. Karena
hal itu sangat berpengaruh sampai dia menginjak usia sekolah, saat melamar
kerja atau saat akan menikah. Anak yang namanya bagus akan
menjawab dengan suara lantang jika diabsen oleh gurunya dari pada anak yang
memiliki nama tulkiyem atau cikrak.
Pengaruh kejiwaan dan nilai
doa itulah yang sangat dijaga rasululloh sehingga beliau menekankan kepada
umatnya untuk memberi anaknya nama yang bagus.Karena dengan sesuatu yang bagus
tersebut maka kelak anak akan memperoleh suatu yang bagus. Dengan kebiasaan
yang bagus dimulai dari namanya, maka andai kelak anak tersebut mendirikan
tempat usaha juga akan terbiasa dinama dengan nama yang bagus. Seperti
wartel lancar,RM barokah, PO. Surya indah
dll.
III.A.3.
Memberi Tempat
Tinggal Yang Bagus
Orang tua memiliki
kewajiban memberi tempat tinggal bagus itu bukan secara makna fisik. Akan tetapi bagus secara hakiki, yaitu tempat tinggal yang mampu menyehatkan perkembangan
jiwa raga anak. Tempat tinggal
atau rumah yang bagus secara maknawi,seperti indah,mewah belum tentu memenuhi
kebutuhan perkembangan positif anak.
Tempat tinggal
bagus itu artinya, anak hidup dalam
lingkungan sehat.
Sehat dalam makan sehat pergaulannya, sehat ahlaknya.
Anak yang hidup dalam lingkungan yang terbiasa mendengar
kata kata kasar, jorok, maka dia
juga akan suka meniru
kebiasaan buruk tersebut.
Seorang anak memiliki kemampuan yang besar untuk
meniru semua yang dilihat, didengar dan
dirasakannya. Anak itu ibarat sebuah kertas putih bersih tanpa noda setitikpun. Semua warna
yang akan ditorehkan tersebut tergantung kepada
kedua orangtuanya. Orang tua memiliki kemampuan untuk menorehkan
tinta yang berwarna apa saja
dalam kertas putih tersebut.
Seorang anak juga laksana sebuah kaset yang bersih. Oleh karena itu
memang benar jika anak yang
seperti kaset itu siap meniru apapun bentuk dan corak suara yang didengarnya.
Itulah pentingnya peranan
dan kebijakan orangtua untuk memilih dan memilah dimana anak akan tinggal. Dengan siapa ia berkawan sebagai makhluk sosial. Sehingga orang tua betul betul selektif terhadap seluruh
aktifitas anaknya. Didalam al-Qur’an juga dikisahkan,
ada anak yang
sholeh dan anak yang tholeh, anak yang berbudi dan anak yang durhaka. Kesholehan yang digambarkan seperti putra Luqmanul hakim, Nabi Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub as. Semua itu mengingatkan bagaimana orang tua harus ekstra
hati-hati dalam menghantarkan langkah anak dalam kehidupan ini.
Orang tua sebagai
jembatan untuk mengarahkan anak ke syurga atau keneraka. Jika orang
tua sebagai
jembatan itu mempunyai prinsip dan keinginan yang kokoh seperti kokohnya jembatan yang terbuat dari baja, maka Insya Alloh orang tua akan memiliki hasil sesuai dengan yang diinginkannya. Akan tetapi jika orang tua sebagai jembatan anak itu
rapuh, serapuh jembatan yang terbuat dari kayu atau bambu maka
orang tua akan gampang
mengikuti arus keinginan anak maka orang tua akan gagal. Karena pada dasarnya setiap anak itu inginnya enak, tidak mau kangelan. Seorang anak belum tau mana yang manfaat bagi dirinya dan mana yang membawa
madhorot bagi dirinya.
III.B.
Kedudukan Anak di Dalam Al-Qur’an
Sangatlah
penting bagi orang tua mengetahui legitimasi mutlak yang klasifikasikan Allah
SWT tentang kedudukannya anak dalam al-Qur’an. Hal ini agar dapat dijadikan
tolok ukur yang standart yang menjadi barometer agar orang tua betul betul
menjalankan tugasnya menghantarkan anak menjadi manusia yang diridhoi Allah
SWT.
Anak
adalah permata dalam kehidupan ini. Tanpa mereka dunia akan sunyi dan sepi.
Merekalah yang kita inginkan dan kita harapkan. Mulai dari kandungan sampai
masa kelahirannya. Sehingga senyum, tawa tangisnya menghiasi kehidupan ini.
Seiring dengan langkah pertamanya, orang tua mulai menaruh harap. Arah
langkahnya mulai dipersiapkan. Semua konsentrasi ditumpahkan untuk mewujudkan
keinginan agar kelak menjadi orang yang kokoh dan kuat. Harapan ? setiap orang tua mempunyai
harapan terhadap anak. Akan tetapi sejalan dengan berjalannya waktu, terkadang
tidak semua program berjalan dengan mulus. Ada yang berhasil,ada yang gagal,
bahkan ada yang kandas ditengah jalan. Sehingga dari fenomena yang telah ada
tersebut, orang tua diperintahkan untuk berhati hati agar tidak salah langkah.
Terkadang tujuan orang tua tidak berhasil karena adanya metode yang salah dalam
mengarahkan pendidikan anak.
Metode
pendidikan tidak selalu sama dalam satu keluarga dengan keluarga yang lain.
Karena memang situasi dan kondisi masing masing keluarga sudah sangat berbeda.
Yang paling penting sebagai orangtua
haruslah selalu berusaha tanpa kenal lelah dan terus menerus dalam memberikan
pengarahan terhadap anak yang menjadi buah hati. Agar mereka menjadi anak yang
sesuai dengan harapan yang akan berguna bagi keluarga, masyarakat, agama, nusa
dan bangsa.
III.B.1. Anak sebagai
perhiasan hidup.
Point pertama dalam al-Qur’an tentang anak sesuai dengan
kenyataan hidup. Bahwa anak dalam kehidupan ini sebagai perhiasan. Allah SWT menyebutkan dalam QS. alkahfi ( 18 ) ayat 46 yang berbunyi :
harta
dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan.
Tidak ada orang tua yang tidak bangga terhadap anaknya. Karena memang seseorang itu akan terasa lengkap
kebahagiannya jikalau sudah memiliki anak.
Sering kita
mendengar orang yang menanyakan tentang putranya. Sudah berapa putranya?
sekolah dimana? lalu kalau anak sudah besar, akan disusul pertanyaan, jadi apa dia?
kerja dimana?. Terkadang semua pertanyaan itu dijadikan barometer untuk mengetahui
kesuksesan hidup seseorang.
Seseorang dianggap
sukses jika anaknya sukses pula.
Ironisnya jikalau seseorang tidak memiliki anak, dia akan dipandang sebelah mata. Menyayangkan kesuksesan yang diperoleh seseorang jika
dalam kehidupannya tidak ada kehadiran seorang anak. Sehingga kesuksesan tersebut dianggap timpang. Fakta ini menunjukkan bahwa seorang anak merupakan
perhiasan yang menjadikan kehidupan ini lebih terasa bermakna. Kehidupan ini lebih terasa indah dengan kehadiran mereka. Rasa cinta kita, rasa kasih kita kepada anak memang
sangat luar biasa sekali dan memang betul jikalau Alloh sendirilah yang menjadikan rasa cinta
tersebut sesuai dengan firmannya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9gjli8mUuHxRCylj1SNMd1rvIGf6YpUkYjErSxpIQk_7g9oWsaZNK9QimvqgbKVTa0RQNVFAauH2gMVvYM0dR8ZidpyFqih_vYIGppSmlEZ2AGPKqXog5pUKhsmuYyJGp7oZF8peau5U/s640/ORTU+16.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9gjli8mUuHxRCylj1SNMd1rvIGf6YpUkYjErSxpIQk_7g9oWsaZNK9QimvqgbKVTa0RQNVFAauH2gMVvYM0dR8ZidpyFqih_vYIGppSmlEZ2AGPKqXog5pUKhsmuYyJGp7oZF8peau5U/s640/ORTU+16.jpg)
"Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga)(QS.Al-Imran (3) :14).
Dari pemahaman
ini, jikalau Allah SWT mendudukkan anak sebagai
perhiasan hidup
berarti menjadikan anak
sebagai perhiasan, maka orang tua
harus berhati hati.
Jangan sampai orang
terlena dengan keindahan perhiasan tersebut.
Jikalau orang tua terlena pada semua itu, maka
akan bisa menjadikannya jatuh tersungkur. Pola pikir terhadap anak sebagai
perhiasan,
harus memiliki persepsi bahwa anak harus selalu dijaga,
dirawat, dididik agar semakin berkilau cahayanya dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
III.B.2. Anak Sebagai Fitnah (Ujian)
Rasa cinta dan kasih memang harus diberikan kepada anak.
Akan tetapi semua harus tetap pada porsiny
a. Orangtua dengan dalih sayang, tidak boleh memberikan
apapun yang diinginkan anak. Sebagai orang tua, harus bisa melihat sisi
kemanfaatan dan kemadhorotannya.
Terkadang karena
seringnya orang tua tidak bertemu
anak karena sebuah
pekerjaan, ahirnya mereka canggung untuk memberi nasehat dan pengarahan tentang nilai agama atau nilai positif.
Tidak jarang rasa maaf
diberikan yang justru
menjadi cikal
bakal dari segala perangai yang buruk disaat anak dewasa. Tidak adanya selektifitas orang tua dari ucapan maupun
tindakan anak. Mulai dari
kata-kata yang pantas atau kata yang tidak pantas diucapkan oleh anak. Ataupun kebiasaan buruknya yang suka berbohong. Mulai dari membolos sekolah, pengeluaran keuangan yang
tidak sama dengan uang saku yang
diberikan. Kenapa ia bisa
membeli sebuah mainan yang harganya diatas uang sakunya.
Hal-hal kecil tersebut harus selalu diperhatikan karena
jika semua prilakunya tidak ada
selektifitas, akan menjadi
bumerang yang menggrogoti akhlak seorang anak. Karena ia akan berpikir bahwa ternyata orang tuanya tidak
akan mempermasalahkan apapun yang dilakukannya, apa yang dibeli dan dari mana ia mendapat uang tambahan.
Rasa tersebutlah yang menjadikan seorang anak akan lebih
berani mengambil sebuah pemikiran dan tindakan bahwa untuk memperoleh
sesuatu tidak harus ijin. Bahkan yang lebih parah jika pergaulan anak terjerumus pada ketergantungan narkoba. Semua bisa
menjadikan orang tua menangis darah. Anak memang kebanggaan akan tetapi mereka
juga menjadi ujian bagi kehidupan orang tua. Allah SWT berfirman dalam
surat Al-Kahfi
(18):46
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu
hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Dalam
QS. Al-Anfal (8) ayat 28 Allah swt juga berfiman:
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Ujian akan menjadi kebahagiaan dunia akhirat jikalau orang tua mampu dan
berhasil dalam mengarahkan dan mendidik anak. Akan tetapi jika gagal dalam melewati ujian sebab kesalahan perhitungan dan salah dalam
mendidik, maka orang tua akan menyesal sepanjang hidupnya. Oleh karenanya dalam hal kebaikan orang tua harus gigih pendiriannya berhadapan
dengan keinginan anak.
Ketika seorang anak bisa dikendalikan saat
usianya kecil, maka orang tua selamanya akan mampu mengendalikannya
dalam kebaikan saat
anak dewasa.
Akan tetapi jika mulai dari kecil orangtua tidak
mampu, maka selamanya
anak akan sulit dikendalikan dan diarahkan. Karena mereka sebagai ujian, maka orang
tua harus berhasil
melewati ujian tersebut dengan kokohnya pendirian.
III.B.3 Anak Sebagai Musuh
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizWn8xnrUyMeVAZUwOGj21tWs4-X6mrjD1JQwqrsYRAcDbAGpJGD7jsi_yCGkEtRCiZGW5sR6fdLBdcmaq0j-iQjXCb2st0tNZhv3Hof8W5-obKEDyh0oAgI1kQcJOiQWFIh4o7lx3_aE/s320/unnamed+%25281%2529.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib1DuQ6qeotb-Gob7iX5zZa6x9jxaC1NGyCJc4VdUIYYlklzbYARvutW9BfD0aVhDpiY3t_b9nvBehYhOtgpVGfDQLU6xvM_Exg2cwesRNVXicohw05xsmr4OwxcHwhFeF0pVSMkpoiPA/s640/ORTU+18.jpg)
Maksudnya adalah terkadang seorang
isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama. Semua akan menjadi penyebab
kerugian dalam dua kehidupan sekaligus. Jika orang tua tidak mampu mengendalikan
dan mengarahklan kepada suatu yang baik. Anak yang menjadi tumpuhan harapan itu
menjadi musuh? Ironis memang. Jika ditanyakan,
semua itu salah siapa? apa yang diharapkan mulai dari kandungan dijaga,
waktu lahir di doakan dan diharap-harap, waktu bayi ditimang, disayang,
dipeluk, dicium. Sewaktu kecil anak dilatih berjalan sampai berlari, akan
tetapi diusia dewasa mereka menjadi musuh yang senantiasa siap menyeret orang
tua kepada permasalahan yang memalukan, terkadang menginginkan kehancuran orang
tuanya sendiri. Perangainya membuat air mata orang tua tidak pernah berhenti
mengalir.Arus pergaulan bebas yang sudah menjadi pola hidupnya, narkoba yang
menjadi tumpuhannya. Semua itu menjadi sesuatu yang sangat sulit sekali dirubah
ketika mereka menjadi musuh dalam kehidupan ini.
Pendidikan yang salah, memanjakannya
terlalu berlebihan sehingga orang tua sendiri tidak sanggup menunjukkan
kebenaran yang terkadang harus dipaksakan. Bahkan rasa sayang yang berlebihan
sehingga tidak tega untuk memerintah anak yang kecapaian atau kelelahan agar
mengerjakan perintah Allah seperti melatih Sholat, berpuasa, atau menjaga
keharmonisan hablun Minannas. Sehingga dengan
semua itu justru anak tidak mengetahui Allah sebagai tuhan dan tidak mengetahui
berbagai kewajiban kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai hamba Allah SWT didunia ini dan sebagai manusia sebagai makhluk social.
Di dalam al-Quran di gambarkan bahwa kelak ada seorang anak yang sanggup menyeret kedua orang tuanya ke
neraka padahal kedua orang tuanya akan masuk syurga.
Anak tersebut bertanya : "siapa
yang akan masuk syurga itu Ya Allah?" Allah menjawab: "mereka adalah kedua
orang tuanya." Kemudian anak itu bertanya lagi "sebab amalan apa
beliau bisa masyuk syurga Ya Allah?" "Mereka adalah ahli ibadah dan
ahli kebaikan."
Mereka tekun mengerjakan amal-amal
kebaikan baik wajib maupun sunah yang diperintahkan agama seperti sholat,
puasa, zakat, haji, shodaqoh, berinfaq, mengerjakan amal amal sholeh, berbuat
baik dengan saudara, tetangga, teman, sesama manusia dan makhluk Allah SWT.
Kemudian anak tersebut mengadu kepada Allah,"Ya Ilahi…Engkau adalah Dzat
yang Maha Kuasa dan adil. Pada hari ini
tidak ada satupun perhitungan manusia yang tidak terselesaikan. Demi kemulyaan- Mu
Ya Alloh ! hamba tidak rela jikalau Engkau memasukkan kedua orang tuaku kedalam
Syurga-Mu". Kemudian Allah bertanya : "sebab apa engkau tidak menginginkan
kedua orang tuamu masuk Syurga?" Kemudian anak tersebut menjawab
sebagaimana yang digambarkan dalam surat......?
Ilahi… sesungguhnya aku mentaati kedua orang tua ku, akan tetapi mereka tidak pernah mengajarkan kepadaku untuk mengenal-Mu. Mereka tidak pernah mengajarkan kebaikan kepadaku, mereka tidah pernah memerintahkanku untuk melakukan sholat, puasa, bershodaqoh, bahkan mereka tidak pernah mengajarkanku untuk membaca Al-Qur’an. Walaupun mereka tekun beribadah, akan tetapi mereka tidak pernah menunjukkan kepadaku mana yang menjadi perintah dan mana yang menjadi larangan-Mu. Sehingga aku menjadi ahli maksiyat yang tidak mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, dan semua itu sekarang menjadikan aku sebagai penduduk neraka. Ahirnya Allah swt berfirman, sekarang apa permintaanmu? Anak tersebut menjawab:
Ya Ilahii…hamba
mohon kepadamu seretlah mereka, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat
daripada aku dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".
Astaghfirullohal Adzim…..
Dari gambaran tersebut ternyata,
orangtua menempati posisi yang sangat penting dalam pendidikan bagi seluruh
putra putrinya.
Jikalau orang tua
tidak mampu mengarahkan kepada kebaikan dan hanya memberi kemewahan harta dan kasih
sayang tanpa perhitungan, maka hal itu akan
bisa menjadikannya betul betul menjadi orang yang merugi. Bukan hanya saja didunia akan tetapi juga diakhirat
III.B.4.
Anak sebagai
Penyejuk Hati
Kebahagiaan orang tua akan betul betul terasa manakala anak-anaknya tumbuh
berkembang sejalan dengan harapannya. Mereka menjadi penyejuk hati manakala orang tua dalam keadaan susah. Anak mampu membuat jiwa terasa terhibur, tenang dan damai.
Semua itu karena
dia mampu menjadi penasehat diri kita dengan kemampuan dan ilmunya. Ahklaknya membuat kita bangga, pergaulaannya begitu terjaga, sehinga orang tua merasa tenang begitu anaknya berada dengan teman
sepergaulannya. Karena orang tua yakin betul bahwa anaknya bisa membawa dan
menempatkan diri dalam posisi akhlakul karimah.
"Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.al-Furqon (25): 74
Memang hebat anak ini. Semua itu karena keberhasilan yang
dilakukan oleh kedua orang tuanya.
Karena memang
didalam mendidik anak diperlukan waktu, ketekunan dan kesabaran. Pendekatan dan pengamatan terhadap watak anak dilakukan orang tua dengan
tidak mengenal lelah.
Itulah
berbagai macam kedudukan anak yang dipaparkan Allah SWT di dalalm
al-Qur’an.banyak hal yang ada dalam benak manusia sebagai orang tua. Keinginan
untuk memiliki anak yang menjadi terbaikpun pasti tidak lepas dari aral
rintangan. Terkadang dihadapkan pada anak sendiri sebagai individu yang sulit
untuk di tata.
Terkadang terletak pada kesediaan waktu yang
diberikan untuk anak. Sejenak menunggui
dan menemani untuk memperhatikan ahwal dan Aqwal dari perbuatan
terkadang tidak lagi punya waktu. Apapun yang terjadi orang tua harus memiliki
harapan setinggi tingginya untuk masa depan anak yang ingin menjadi baik
didunia maupun baik diahirat. Sehingga amanah dari Allah swt betul betul telah dilaksanakannya
III. C . Kiat
Menjadikan Anak Sholeh
Ternyata memiliki anak sebagai permata
dan penyejuk hati tidak mudah. Semua membutuhkan Proses dan usaha serta motifasi. Yang harus
dilakukan orang tua adalah
III.C.1 . Doa
Memohon kepada Allah swt, membacakan
fatihah, membaca doa setiap selesai sholat agar anak anak menjadi ahli ilmu dan
kebaikan. seraya memohon
Yaalloh jadikanlah putra putri kami menjadi ahli ilmu dan
ahli kebaikan.
Bahkan
para nabipun tidak berhenti memohon kepada Allah SWT untuk dianugeahi anak yang senantiasa dalam
garis kesholihan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT :
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN9DPh1IBorICpX3xaQ_zE8wtMjM0JJPkgpSUZEjZdW33a1FQpJNE1_Huuq8viklQNTweVKoEiGoAgguDN-foQMcOg7ko9_Ifi6la8ccZOJTAJHyaH3QwwGAsutMU-UF0rnOWEWDxXc6A/s640/ORTU+19.jpg)
Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "YaTuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". ( QS. Ali Imran (3): 38)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN9DPh1IBorICpX3xaQ_zE8wtMjM0JJPkgpSUZEjZdW33a1FQpJNE1_Huuq8viklQNTweVKoEiGoAgguDN-foQMcOg7ko9_Ifi6la8ccZOJTAJHyaH3QwwGAsutMU-UF0rnOWEWDxXc6A/s640/ORTU+19.jpg)
Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "YaTuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". ( QS. Ali Imran (3): 38)
Dalam kitab Usfuriyah menyebutkan ada 7
manfaat dari shodaqoh, Diantaranya shodaqoh bisa melunakkan hati. Bahkan
Rosululloh saw pernah bersabda
jika menemukan
seseorang yang hatinya keras,maka (untuk melunakkannya )perbanyalah shodaqoh.
Ketika usia imam syafii masih balita,
bapaknya sering sekali menshodaqohkan sebagian dari penghasilannya.Dan itu
ditujukan untuk mengharap Ridho Allah SWT agar putranya kelak menjadi orang
yang sangat lunak hatinya. Cepat menerima ilmu dan mampu memahami rahasianya.
Mengharap agar kelak anaknya memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga dengan
memperbanyak shodaqoh adalah sebuah tauladan yang baik bagi kita sebagai orang
tua agar anak anak menjadi orang yang bermanfaat dikehidupan dunia maupun
akhirat.
III.C.3.Mengarahkan dan
selalu memberi nasehat
Janganlah merasa
bosan dan lelah mengarahkan putra putrinya karena itu juga kunci keberhasilan
sebagaimana Luqmanul Hakim. Dalam kitab WashoyaAl-abaa’i Lil Abna’ dijelaskan
materi materi penjelasan seorang ayah kepada putranya agar menjadi manusia
berakhlak mulia.
Dengan demikian kita tahu bahwa anak sebagai
anugrah yang diberikan Allah sebagai penyejuk hati dan perhiasan dalam hidup,
namun kita juga harus ingat bahwa anak merupakan amanah yang wajib kita jaga
agar ketika kita dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah anak tidak akan
menjadi fitnah dan msuh bagi kita disisi Allah sebagaimana dijelaskan diatas,
karena itulah kita harus mensyukurinya sebagai anugrah sekaligus amanah, karena
itu anak bagai pedang bermata dua, disatu sisi mata pedang itu bermanfaat bagi
kita namun disisi lain mata pedang yang satunya dapat membahayakan kita bukan
hanya di dunia namun juga diakhirat.
BAB IV
PENUTUP
Dalam
penutupan ini memiliki kesimpulan bahwa
1.
Tanggung jawab orang tua terhadap anak
adalah amanah Allah
2.
Tanggung Jawab tersebut berbentuk
konsekuensi tugas dan kewajiban yang harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan
istiqomah
3.
Melihat realitas kehidupan yang
menunjukkan berbagai gejala dan aktifitas ternyata mendidik anak adalah sesuatu
yang sulit.
4.
4 kedudukan anak yang diuraikan Allah
SWT membuat stimulant sport mewujudkan anak menjadi Qurrotu A`yun
Adapun saran saran yaitu
1.
Agar orang tua selalu mengarahkan anak
tanpa kenal lelah terus menerus
2.
Mencoba berbagi metode dalam menerapkan
pendidikan anak sampai maksud dan tujuan tercapai dengan baik
Abu Al-Fuda’ Isma’il bin ‘umar bin Katsir
ad Damasyqi, Tafsir al-Quar’anil Adzim
[2] وقال ابن مسعود: الأمانة: أداء الصلوات، وإيتاء الزكاة، وصوم رمضان، وحج
البيت، وصدق الحديث، وقضاء الدين، والعدل في المكيال والميزان، وأشد من هذا كله الودائع.
وقال أبو العالية: ما أمروا به ونهوا عنه
وقال عبد الله بن عمرو بن العاص هذه أمانة استودعتكها،
فالفرج أمانة، والأذن أمانة، والعين أمانة، واليد أمانة، والرجل أمانة، ولا إيمان لمن
لا أمانة له.
[3] Bukhori
juz 5 halaman 280
Komentar
Posting Komentar