TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK ADALAH AMANAH DARI ALLAH SWT


                                      
TANGGUNG JAWAB
ORANG TUA TERHADAP ANAK
ADALAH AMANAH DARI ALLAH SWT
  Februari 2020

Oleh :
DraNihayatul Laili Yuhana, M.PdI
PENYULUH AGAMA ISLAM FUNGSIONAL 
KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KAB. NGANJUK

 

"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh" (QS.Al-Ahzab(33) :72)

TEMA DAN SARI TILAWAH
1.         Allah memplokamirkan penawaran terhadap seluruh makhluk untuk menerima amanah.
2.         Tidak adanya kesanggupan makhluk untuk menerima amanah karena terlalu besar konsekuensi yang harus ditangungnya kelak diahirat.
3.         Hanya manusia yang sanggup menerima amanah diantara seluruh makhluk
4.         Kesanggupan manusia memegang amanah menjadi watak dasar sekalipun mengetahui kelemahan yang dimilikinya. Karenanya Allah menegaskan manusia itu dholim dan bodoh.
MASALAH DAN ANALISIS JAWABAN
Senang menerima suatu tanggung jawab dan  memikul suatu beban amanah merupakan sifat dan karakter dasar manusia . Bahkan manusia selalu berusaha agar dirinya yang terpilih untuk memikul amanah tersebut  akan tetapi kebanyakan manusia senantiasa melupakan qodratnya yang lemah. Oleh karenanya manusia dikatagorikan sebagai makhluk yang bodoh dan dholim.  Berkaitan dengan beban amanah yang disukai manusia  dalam segala aspek kehidupan,  maka dalam hal ini banyak fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini termasuk amanah manusia sebagai orang tua. Setiap orang tua mendambakan anaknya menjadi bunga kehidupan. Akan tetapi realitas yang ada terkadang menjadi kebalikannya. Dari sinilah timbul berbagai pertanyaan terutama masalah berikut :

1.         Apa amanah itu dan apa saja bentuk amanah yang dibebankan Allah kepada manusia yang kelak harus dipertanggung jawabkan?
Jawaban sementara : semua yang diberikan Allah SWT didunia ini adalah titipan  amanah yang harus dijaga dan dipertanggung jawabkan kelak dihari akhir. Adapun bentuknya banyak sekali  .

2.         Apakah tangung jawab manusia terhadap anaknya memiliki relevansi dengan amanah yang dimaksud Allah SWT dalam Ayat diatas ?  Jawaban sementara : Kontruksi Ketentuan Allah SWT yang telah disyariatkan untuk manusia dalam melaksanakan semua  tanggung jawabnya sebagai orang tua terhadap anaknya memiliki korelasi yang sangat terkait.

3.         Apa bentuk Amanah yang dibebankan Allah SWT terhadap manusia sebagai  orang tua ? Jawaban Sementara :  Bentuk amanahnya adalah suatu tugas besar yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengoptimalisasikan dan mengupayakan  anak menjadi  “ QURROTU A’YUN

PENDALAMAN DAN PENELITIAN

BAB I
Aktifitas Manusia Adalah Amanah

Dari masalah nomor satu apa amanah itu dan apa saja bentuk amanah yang dibebankan Allah kepada manusia yang kelak harus dipertanggung jawabkan? Jawaban sementara : semua yang diberikan Allah SWT didunia ini adalah titipan  amanah yang harus dijaga dan dipertanggung jawabkan kelak dihari akhir. Adapun bentuknya banyak sekali  .

Sebelum sebuah  amanah diberikan Allah SWT kepada  manusia, maka sesungguhnya Allah SWT telah menawarkan kepada semua makhluk besar untuk menerimanya. Akan tetapi karena takutnya konsekuensi besar yang harus ditanggungnya atas pelimpahan amanah maka semua makhluk besar itu menolaknya.  Akan tetapi Imam Tholhah dari ibn Abbas dalam kitab Tafsir Ibn Katsir menjelaskan bahwa pelimpahan amanah itu ditawarkan kepada Adam as  dan meyetujuinya. Sekalipun Allah SWT telah menegaskan bahwa jika adam menjalankan maka akan mendapat ampunan, jikalau menghianatinya akan mendapat siksaan.[1]
Kesediaan manusia memikul tanggung jawab amanah disebutkan sebagai suatu kebodohan karena manusia sebenarnya mengetahui berbagai kekurangannya. Sbagaimana yang diungkapkan Allah SWT bahwa :

إِنَّ الإنسان لِرَبّهِ لَكَنُودٌ

Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya. QS. Al-`Adiyat(100 ) : 6


وإِنَّ الإنسان ليطغى



Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas
 QS. Al-`Alaq( 96 ) : 6


Amanah menurut Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-baghowi dalam kitab Mualimut Tanzil memiliki kesamaan dalam memaknai “ Amanah” dengan Abu Ja’far at-Thobari dalam Jamiul Bayan Fi Ta’wilil Qur’an. Kedua tokoh itu memaknai Amanah dengan
Yang dimaksud dengan amanah adalah sebuah ketaatan dan kewajiban kewajiban yang dibebankan Allah SWT terhadap seluruh hamba-Nya.

I.A. Kebebasan  menentukan pilihan dalam melaksanakan amanah

Dari pendapat kedua tokoh tersebut diatas bisa membawa pada suatu pemahaman  bahwa seluruh perintah yang telah ditegaskan Allah SWT dan semua kewajiban kewajiban yang harus dilaksanakan manusia sebagai hambaNYa adalah sebuah amanah. Akan tetapi dalam menjalankan Amanah,  manusia masih diberi kebebasan untuk memilih melakukan segala perbuatan yang dikehendaki dan yang disukai. Manusia dipersilahkan untuk memilih tetap berada dalam jalan Allah SWT atau keluar dari ketentuan yang telah digariskanNya.  Seseorang diberi hak memilih bentuk dan jenis dari perbuatannya. Apakah manusia akan memilih berada di jalan Allah dalam menjalankan amanah yang ditanggungnya, atau justru memilih menghianati Allah dengan mengabaikan amanah yang menjadi tanggungannya.
Akan tetapi dalam menentukan pilihan bebasanya ,  Allah SWT  memberikan worning bahwa Allah SWT adalah Dzat yang senantiasa melihat  setiap gerak gerik dan langkah yang dilakukan oleh manusia. Karenanya manusia hendaklah berhati hati dalam mengoperasionalkan  amanah Allah SWT. Sebagaimana yang difirman Allah SWT dalam QS. Fushilat  (41): 40 yang berbunyi

اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (40)

Berbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

(15)
Maka sembahlah olehmu apa yang kamu kehendaki selain Dia.Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.QS. Az-Zumar ( 39):15

Perintah ini bukanlah menurut arti yang sebenarnya, tetapi sebagai pernyataan kemurkaan Allah terhadap kaum musyrikin yang telah berkali-kali diajak kepada tauhid tetapi mereka selalu ingkar.karenanya Allah memberikan kebebasan sekaligus pemberitaan konsekuensi hukum yang harus diterimanya.

l. B. Bentuk bentuk amanah dan pertanggung jawabannya

Ibnu Mas`ud menguraikan amanah masuk dalam katagori aktifitas melakukan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, menunaikan ibadah haji, membayar hutang, adil saat menimbang. Sedangkan Imam Abu `Aliyah mengklasifikasikan dalam dua hal yaitu menjalankan semua apapun yang diperintah Allah SWT dan mencegah dari seluruh perbuatan yang dilarang-Nya. Dalam menjelaskan amanah `Abdulloh bin Umar bin `Ash lebih merinci amanah meliputi penjagaan kemaluan, amanah  pendengaran, mata, tangan dan kaki.[2] Sehingga dari berbagai pendapat tersebut difahami bahwa apapun aktifitas manusia dalam kehidupan ini adalah Amanah.


Setiap amanah yang diberi oleh Allah SWT kepada manusia pasti kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari apa yang telah dibebankan kepadanya. Seorang pemimpin akan ditanya bagaimana ia menjalankan kepemimpinannya, orang kaya akan ditanya bagaimana cara mendapatkan harta dan kemana saja harta yang dimilikinya tersebut ditasyarufkan. Seorang suami akan ditanya dalam melakukan kewajiban-kewajiban yang dijalankanya . Bagaimana memperlakukan isteri, menafkahi lahir dan batinnya maupun menjaga perbuatan-perbuatan istrinya dan semua anggota keluarganya. Semua profesi, jabatan dan keadaan tidak lepas dari pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT. Dalam Shohih Bukhori jus 5 hal 30 Rosul bersabda

"Setiap manusia adalah pemimpin dan semua akan dimintai pertanggung- jawaban kelak dari kepemimpinannya tersebut." Seorangpemimpin akan ditanyai tentang kepemimpinannya, seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang wanita menjadi pemimpin dirumah suaminya dan akan ditanya

Pada prinsipnya tanpa meminta dan tanpa mengadakan pilihan untuk merebut kursi pimpinan seperti di pilkada, sebenarnya Allah SWT telah menganugerahkan tanda kehormatan kepada manusia tanpa melihat suku, ras maupun jabatan. Seorang yang menjadi sahaya ataupun seseorang yang menjadi pemimpin atau figure tokoh masyarakat sekalipun telah diangkat Allah SWT menjadi pemimpin. Kepemimpinan manusia itu bisa dalam skup yang luas maupun yang sempit. Bagaimana manusia tidak menyadari bahwa seluruh amaliyah lahir batin, amaliyah tiap pergerakan tubuh dan tangan mapun langkah kaki adalah berjalan karena kepemimpinannya. Oleh karenanya kelak diahirat tinggal memepertang jawabkan kepemimpinannnya. Bahkan allah SWT telah mengilustrasikan apa saja yang  diperintah Allah pada manusia untuk  mempertang jawabkan amaliyahnya.

I.     C. Anggota tubuh yang menjadi saksi

Penjelasan tentang anggota tubuh yang memiliki peranan tunggal kelak diakhirat dalam memberikan pertanggung jawaban semua yang telah dilakukannya ketika didunia bahkan lidah sudah tidak diperkenabkan menjalankan fungsinya untuk berbicara karena Allah SWT telah menguncinya sebagaimana termaktub dalam :

Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. QS.Annur (24):24

pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.
QS.Annur (24):24

Oleh karenanya sebagai manusia yang arif adalah dengan menyadari berbagai pola kehidupan dunia ini hanyalah sekedar warna yang dicoretkan pada kanvas kehidupan. Baik buruknya, indah dan tidaknya semua tergantung kepada yang melukiskannya. Semua pasti akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT . Aktifitas apapun dari gerak mulut dan tangan serta langkah kaki manusia merupakan amanah yang harus dijaga dengan sebaik mungkin dan dengan penuh teliti dan penuh kehati hatian. Sebelum ajal datang Allah masih sempat memberi manusia untuk berkreasi dan berinofasi dalam membangun  jiwa raga sehingga amanah yang diberikan oleh Allah betul betul terealisasi dengan berselimut Ridho dari Allah SWT.

BAB II
Relevansi Amanah
Dengan Tanggung Jawab Orang Tua  Terhadap Anak

Apakah tangung jawab manusia terhadap anaknya memiliki relevansi dengan amanah yang dimaksud Allah SWT dalam Ayat diatas ?  Jawaban sementara : Kontruksi Ketentuan Allah SWT yang telah disyariatkan untuk manusia dalam melaksanakan semua  tanggung jawabnya sebagai orang tua terhadap anaknya memiliki korelasi yang sangat terkait.

Dengan mengetahui penjabaran makna amanah sesuai dengan uraian diatas maka diketahui  bahwa salah satu bentuk tanggung jawab orang tua terhadap anaknya termasuk amanah. Relevansi ini didapat dari pemahaman amanah secara general yang dipartisi kesalah satu aktifitas manusia secara rinci sesuai dengan alur pembahasan. Hal ini senada dengan paparan yang ada dalam kitab Durotun Nasihin yang memaknai amanah dengan “ Ahli Wal Aulad “. Dimana orang tua wajib menjaga amanahnya untuk melaksanakan semua kewajiban kewajiban yang dikaitkan dengan seluruh perintah Allah SWT yang telah menjadi legitimasiNya sesuai dengan apa yang telah digariskan secara permanen dalam al-Qur’an.

Perintah dari Allah SWT dalam mengemban amanah sebagai orang tua, tidak semua bersifat kalimat perintah. Akan tetapi terkadang berwujud  imbauan, pemberitaan dan abstraksi historis dari perjalanan para nabi dan orang orang sholeh dalam menghadapi anak. Konstruksi legitimasi Allah SWT ini tidak hanya dari beberapa ayat  yang tersurat. Akan tetapi juga ada pada makna yang tersirat dari ayat ayat yang dijelaskan Allah SWT.  Seperti paparan yang Allah SWT uraikan dalam ayat ayat-Nya yang diklasifikasi dalam point point dibawah ini.
II.     A. Ayat ayat yang berkaitan dengan kehidupan anak dan orang tua
II.    A. 1.  Cinta orang tua kepada anak:
Allah SWT mengungkapkan tentang adanya sebuah rasa kecintaan yang tinggi terhadap seorang anak dari historis nabi Ayyub as

Berkata Ya'qub: "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf Amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau Dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya." QS. Yusuf (12): 13

dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena Kesedihan dan Dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). QS. Yusuf (12): 84

II.A.2.  Anak sebagai fitnah (cobaan)
Perintah dalam bentuk pelarangan dan gambaran tentang anak dalam kehidupan dunia yang

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.QS.Al-Munafiqun (63): 9
Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam Keadaan kafir.QS. at-Taubah (9):85

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternakdan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).QS. Ali Imran (3): 14

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. QS.Al-Kahfi (18):46,

    II.     A.3. Mendoakan anak dengan keberkahan:

يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آَلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا (6)

Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan Jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai".QS.Maryam( 19):6

  III.A.4.  Bebaikan orang tua bermanfaat untuk anaknya:


Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".QS. al- Kahfi (18):82


III.     A. 5. Nasehat orang tua untuk anaknya


Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".QS. al-Baqoroh (2):132.

Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". QS. al-Baqoroh (2):133.

II.     A. 6. Memerintahkan anak untuk selalu berbuat baik:al-Luqman 31:13


dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".QS. AL-Luqman (31):13.

 (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Haluslagi Maha mengetahui.Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
QS. AL-Luqman (31):16-17

III.     A. 7. Memberi pengajaran kepada anak untuk beribadat


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.. Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi Balasan menurut apa yang kamu kerjakan.QS. at-Tahrim (66):6-7

Dari kontruksi ketentuan yang diuraikan Allah SWT tersebut dapat diambil pemahaman bahwa seluruh aktifitas manusia sebagai orang tua yang diberi amanah anak  dalam kehidupan memiliki tanggung jawab.



BAB III
Tanggung Jawab Orang Tua Perwujudan  Amanah

Masalah nomor tiga adalah : Apa bentuk Amanah yang dibebankan Allah SWT terhadap manusia sebagai  orang tua ? Jawaban Sementara :  Bentuk amanahnya adalah suatu tugas besar yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengoptimalisasikan dan mengupayakan  anak menjadi  “ QURROTU A’YUN

Setiap orang tua yang menjankan amanah hendaklah bermuhasabah sudahkah mengajari, mendidik anak menjadi orang yang berbudi, yang tau dan mengerti akan Tuhannya? Sudahkah anak mengerti dan menjalankan ajaran agama sebagai sifat dan sikap hidup ? karena semua itu akan dimintai pertanggung jawaban.

Adapun Tanggung jawab orang tua yang menjadi  terhadap anak untuk mengarahkan anak menjadi Baqiyatus Sholihat. Merealisasikan tujuan tersebut penuh dengan aral rintangan, godaan dan ujian. Akan tetapi semua menjadi jihad bagi kedua orang tuanya. Kedua orang tualah yang menentukan merah, hitam dan putihnya perjalanan anak menuju baqiyatus sholihat. Orang tua memiliki peranan penting dalam memberi  polesan warna dalam kehidupan anak. Baik buruknya anak tidak akan pernah lepas dari campur tangan orang tua . dalam kehidupannya  baik dalam bertauhid, menanamkan moral dan ilmu pengetahuan selalu ada dalam  bimbingan dan arahan kedua orang tua. Karenanya harus meningkatkan kehati hatian dan ekstra dalam mendidik putranya. Rasulullah saw bersabda :

Tidak ada manusia terlahir kedunia ini kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut sebagai yahudi, nasrani maupun majusi ( HR. Bukhori )[3]


Oleh karena itu kewajiban memberi anak pelajaran ataupun pendidikan bagi setiap orang tua terhadap anaknya menjadi dasar yang akan menentukan nasib bagi orang tua. Sesuai dengan sabda nabi Muhammad saw yang berbunyi :
Didiklah anak anakmu dengan mengerjakan sholat saat ia berusia tujuh tahun, sedang saat ia berusia 16 tahun, maka pukullah  saat tidak mau dan pisahlah tidurnya  /Sunan Abu Dawud;2/167


Dari sabda rasulullah saw menunjukkan adanya tugas penting orang tua dengan berkewajiban mengarahkan anak mengetahi tuhannya dan pendidikan yang kontinyu tanpa kenal lelah serta mendidik moral anak dalam segala aspek kehidupan.

III.     A. Kewajiban orang tua terhadap anak




III.A.1.  Menanamkan Pendidikan Akhlak.
    Setiap orang tua mendambakan anaknya tumbuh berkembang dengan memiliki keluhuran akhlak. Orang tua pasti bangga melihat anaknya sangat sopan. Memiliki anak sebagai Qurrotu A’yun, sebagaimana yang diajarkan dalam al-Qur’an ternyata memerlukan usaha yang ekstra bagi orang tua. Berbeda dengan anak “ gerandong “ , anak syetan. Anak yang memiliki jiwa, ahlak syetan sangatlah mudah. Mereka hidup dibiarkan dengan lingkungan buruk tanpa ada bimbingan dan nasehat pasti akan jadi pengikut syetan  atau menjadi anak dengan sebutan anak Tholeh, anak yang tidak baik. Menjadikan anak memiliki sifat gerandong akan lebih mudah daripada menjadikan anak memiliki akhlak luhur. Anak dilepas tidak tau jadwal pulang, tidak tau jadwal sholat, selalu kluyuran akan mudah menjadi pengikut gerandong. Akan tetapi jika orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang sholeh maka orang tua tidak boleh mengenal lelah dalam mengarahkan dan mendidik anak. Tugas ekstra harus ihlas dijalankan orang tua karena hal tersebut memang sulit. Semua harus diusahakan oleh setiap orang tua. Sehingga usaha orang tua untuk menolong putra putrinya tersebut menjadi anak yang berakhlak bagus, memiliki nilai tinggi dihadapan Allah SWT.Dalam Musonnef Ibn Abi syaibah Juz 6 halaman 101 diterangkan bahwa rosululloh saw bersabda :

Allah swt akan memberi kasih sayang kepada orang tua yang mau menolong anaknya untuk selalu mengarahkan kepada kebaikan.

Imam Musthofa Al-Gholayain mengatakan bahwa tidaklah disebut suatu pendidikan jika didalamnya tidak ada unsur penanaman akhlaq terhadap generasi penerus (anak-anak).Berdasarkan hal tersebut diatas semoga setiap orang tua diberi kekuatan dan kemampuan oleh Allah untuk mengemban amanah,menjadikan anak sebagai generasi islam yang akan mendapat bimbingan dari Alloh SWT.

III.A.2.Memberi  Nama Yang Bagus

Nama merupakan panggilan yang menjadi suatu identitas bagi seseorang.Nma memiliki kekuatan yang mampu membentuk psikologi dan sosiologi yang baik bagi perkembangan seorang anak. Oleh karenanya sudah selayaknya orang tua diberi kewajiban untuk memperbaiki nama yang menjadi identitasnya. Bahkan rasululloh SAW menegaskan bahwa nama adalah do’a bagi penyandangnya. Sehingga beliau memerintahkan umatnya untuk memberi nama yang baik untuk putra putrinya. Jikalau nama menjadi sebuah do’a maka setiap orang tua hendak berlomba lomba mendo’akan putra putrinya agar selalu disebut orang lain. Sehingga semakin banyak orang memanggil anaknya maka sebanyak itulah do’a dipanjatkan. Dengan harapan anak memperoleh seluruh kebaikan dari identitas yang disandangnya.

Ditinjau dari psikologi dan sosiologi perkembangan seorang anak yang memiliki nama baik dan anak yang memiliki nama jelek akan berbeda. Seorang anak yang memiliki nama bagus akan memiliki rasa percaya diri yang sangat besar. Bahkan didalam berinteraksi sosial dia tidak akan canggung untuk mengenalkan nama dirinya. Kepercayaan dirinya juga akan muncul beriringan tepat saat ia memperkenalkan dirinya. Sehingga dia akan bangga dengan namanya karena memuat banyak doa. Banyak nama nama anak yang bagus yang kita dengar. Bukan bagus kedengarannya saja akan tetapi bagus secara maknanya.

Nama anak yang baik bisa diambilkan dari al-Qur’an, dari susunan bahasa arab yang bagus, dari bahasa jawa, atau bahasa apapun yang memuat makna kebaikan. Penulis sendiri mencoba menyusun sebuah nama sesuai dengan harapannya terhadap putra putrinya. Seperti Ihza Ahsanal Qoshosh, Muhammad Anjaz Maraja Jadduk dan Belladona Hilya Syahara. Banyak juga nama baik seperti Maryam, Najwa Ahmad, Muhammad dll.

Dalam pengambilan nama dari al-Qur’an  tidak boleh asal comot tanpa mengetahui terlebih dahulu maknanya. Suatu misal pada suatu hari ada orang tua yang bangga karena merasa telah menamakan anaknya yang diambil dari al-Qur’an. Sehingga orang tua tersebut langsung mengganti nama anaknya setelah mengetahui bahwa nama anaknya kalb  itu  artinya anjing. Kejadian kecil seperti ini jangan sampai terjadi walau bagi orang yang memiliki egoisme tinggi serta merta memiliki cara untuk menutupi rasa malunya dengan memodernkan namanya dengan Mr.Kelb. Hal ini bisa saja terjadi.
Sebenarnya nama bagus itu tidak harus dari alqur’an. Bisa dari mana saja asal memiliki makna yang bagus. Seperti Lestari,Wibowo,Indah dls. Yang jelas dari nama tersebut harus ada suatu nilai spirit yang positif. Sehingga anak tidak akan malu dengan nama yang disandangnya. Karena hal itu sangat berpengaruh sampai dia menginjak usia sekolah, saat melamar kerja atau saat akan menikah. Anak yang namanya bagus akan menjawab dengan suara lantang jika diabsen oleh gurunya dari pada anak yang memiliki nama tulkiyem atau cikrak.
Pengaruh kejiwaan dan nilai doa itulah yang sangat dijaga rasululloh sehingga beliau menekankan kepada umatnya untuk memberi anaknya nama yang bagus.Karena dengan sesuatu yang bagus tersebut maka kelak anak akan memperoleh suatu yang bagus. Dengan kebiasaan yang bagus dimulai dari namanya, maka andai kelak anak tersebut mendirikan tempat usaha juga akan terbiasa dinama dengan nama yang bagus. Seperti wartel lancar,RM  barokah, PO. Surya indah dll.

III.A.3. Memberi Tempat Tinggal Yang Bagus

Orang tua memiliki kewajiban memberi tempat tinggal bagus itu bukan secara makna fisik. Akan tetapi bagus secara hakiki, yaitu tempat tinggal yang mampu menyehatkan perkembangan jiwa raga anak. Tempat tinggal atau rumah yang bagus secara maknawi,seperti indah,mewah belum tentu memenuhi kebutuhan perkembangan positif anak. Tempat tinggal bagus itu artinya, anak hidup dalam lingkungan sehat. Sehat dalam makan sehat pergaulannya, sehat ahlaknya.

Anak yang hidup dalam lingkungan yang terbiasa mendengar kata kata kasar, jorok, maka dia juga akan suka meniru kebiasaan buruk tersebut. Seorang anak  memiliki kemampuan yang besar untuk meniru semua yang dilihat, didengar dan dirasakannya. Anak itu ibarat sebuah kertas putih bersih tanpa noda setitikpun. Semua warna yang akan ditorehkan tersebut tergantung kepada kedua orangtuanya. Orang tua memiliki kemampuan untuk menorehkan tinta yang berwarna apa saja dalam kertas putih tersebut. Seorang anak juga laksana sebuah kaset yang bersih. Oleh karena itu memang benar jika anak yang  seperti kaset itu siap meniru apapun bentuk dan corak suara yang didengarnya.

             Itulah pentingnya peranan dan kebijakan orangtua untuk memilih dan memilah dimana anak akan tinggal. Dengan siapa ia berkawan sebagai makhluk sosial. Sehingga orang tua betul betul selektif terhadap seluruh aktifitas anaknya. Didalam al-Qur’an juga dikisahkan, ada anak yang sholeh dan anak yang tholeh, anak yang berbudi dan anak yang durhaka. Kesholehan yang digambarkan seperti putra Luqmanul hakim, Nabi Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub as. Semua itu mengingatkan bagaimana orang tua harus ekstra hati-hati dalam menghantarkan langkah anak dalam kehidupan ini.
Orang tua sebagai jembatan untuk mengarahkan anak ke syurga atau keneraka. Jika orang tua sebagai jembatan itu mempunyai prinsip dan keinginan yang kokoh seperti kokohnya jembatan yang terbuat dari baja, maka Insya Alloh orang tua akan memiliki hasil sesuai dengan yang diinginkannya. Akan tetapi jika orang tua sebagai jembatan anak itu rapuh, serapuh jembatan yang terbuat dari kayu atau bambu maka orang tua akan gampang mengikuti arus keinginan anak maka orang tua akan gagal. Karena pada dasarnya setiap anak itu inginnya enak, tidak mau kangelan. Seorang anak belum tau mana yang manfaat bagi dirinya dan mana yang membawa madhorot bagi dirinya.


III.B.  Kedudukan Anak di Dalam Al-Qur’an

Sangatlah penting bagi orang tua mengetahui legitimasi mutlak yang klasifikasikan Allah SWT tentang kedudukannya anak dalam al-Qur’an. Hal ini agar dapat dijadikan tolok ukur yang standart yang menjadi barometer agar orang tua betul betul menjalankan tugasnya menghantarkan anak menjadi manusia yang diridhoi Allah SWT.

Anak adalah permata dalam kehidupan ini. Tanpa mereka dunia akan sunyi dan sepi. Merekalah yang kita inginkan dan kita harapkan. Mulai dari kandungan sampai masa kelahirannya. Sehingga senyum, tawa tangisnya menghiasi kehidupan ini. Seiring dengan langkah pertamanya, orang tua mulai menaruh harap. Arah langkahnya mulai dipersiapkan. Semua konsentrasi ditumpahkan untuk mewujudkan keinginan agar kelak menjadi orang yang kokoh dan kuat. Harapan ? setiap orang tua mempunyai harapan terhadap anak. Akan tetapi sejalan dengan berjalannya waktu, terkadang tidak semua program berjalan dengan mulus. Ada yang berhasil,ada yang gagal, bahkan ada yang kandas ditengah jalan. Sehingga dari fenomena yang telah ada tersebut, orang tua diperintahkan untuk berhati hati agar tidak salah langkah. Terkadang tujuan orang tua tidak berhasil karena adanya metode yang salah dalam mengarahkan pendidikan anak.

Metode pendidikan tidak selalu sama dalam satu keluarga dengan keluarga yang lain. Karena memang situasi dan kondisi masing masing keluarga sudah sangat berbeda. Yang paling penting  sebagai orangtua haruslah selalu berusaha tanpa kenal lelah dan terus menerus dalam memberikan pengarahan terhadap anak yang menjadi buah hati. Agar mereka menjadi anak yang sesuai dengan harapan yang akan berguna bagi keluarga, masyarakat, agama, nusa dan bangsa.

 III.B.1. Anak sebagai perhiasan hidup.

Point pertama dalam al-Qur’an tentang anak sesuai dengan kenyataan hidup. Bahwa anak dalam kehidupan ini sebagai perhiasan. Allah SWT menyebutkan dalam QS. alkahfi ( 18 ) ayat 46 yang berbunyi :

harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.




Tidak ada orang tua yang tidak bangga terhadap anaknya. Karena memang seseorang itu akan terasa lengkap kebahagiannya jikalau sudah memiliki anak. Sering kita mendengar orang yang menanyakan tentang putranya. Sudah berapa putranya? sekolah dimana? lalu kalau anak sudah besar, akan disusul pertanyaan, jadi apa dia? kerja dimana?. Terkadang semua pertanyaan itu  dijadikan barometer untuk mengetahui kesuksesan hidup seseorang. Seseorang dianggap sukses jika anaknya sukses pula.

Ironisnya jikalau seseorang tidak memiliki anak, dia akan dipandang sebelah mata. Menyayangkan kesuksesan yang diperoleh seseorang jika dalam kehidupannya tidak ada kehadiran seorang anak. Sehingga kesuksesan tersebut dianggap timpang. Fakta ini menunjukkan bahwa seorang anak merupakan perhiasan yang menjadikan kehidupan ini lebih terasa bermakna. Kehidupan ini lebih terasa indah dengan kehadiran mereka. Rasa cinta kita, rasa kasih kita kepada anak memang sangat luar biasa sekali dan memang betul jikalau  Alloh sendirilah yang menjadikan rasa cinta tersebut sesuai dengan firmannya.
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)(QS.Al-Imran (3) :14).

Dari pemahaman ini, jikalau Allah SWT mendudukkan anak sebagai perhiasan hidup berarti menjadikan anak sebagai perhiasan, maka orang tua harus berhati hati. Jangan sampai orang terlena dengan keindahan perhiasan tersebut.

 Jikalau orang tua terlena pada semua itu, maka akan bisa menjadikannya jatuh tersungkur. Pola pikir terhadap anak sebagai perhiasan, harus memiliki persepsi bahwa anak harus selalu dijaga, dirawat, dididik agar semakin berkilau cahayanya dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

III.B.2. Anak Sebagai Fitnah (Ujian)
Rasa cinta dan kasih memang harus diberikan kepada anak. Akan tetapi semua harus tetap pada porsiny a. Orangtua dengan dalih sayang, tidak boleh memberikan apapun yang diinginkan anak. Sebagai orang tua, harus bisa melihat sisi kemanfaatan dan kemadhorotannya. Terkadang karena seringnya orang tua tidak bertemu anak karena sebuah pekerjaan, ahirnya mereka canggung untuk memberi  nasehat dan pengarahan tentang nilai agama atau nilai positif. Tidak jarang rasa maaf diberikan yang justru menjadi cikal bakal dari segala perangai yang buruk disaat anak dewasa. Tidak adanya selektifitas orang tua dari ucapan maupun tindakan anak. Mulai dari kata-kata yang pantas atau kata yang tidak pantas diucapkan oleh anak. Ataupun kebiasaan buruknya yang suka berbohong. Mulai dari membolos sekolah, pengeluaran keuangan  yang  tidak sama dengan uang saku  yang diberikan. Kenapa ia bisa membeli sebuah mainan yang harganya diatas uang sakunya.
Hal-hal kecil tersebut harus selalu diperhatikan karena jika  semua prilakunya tidak ada selektifitas, akan menjadi bumerang yang menggrogoti akhlak seorang anak. Karena ia akan berpikir bahwa ternyata orang tuanya tidak akan mempermasalahkan apapun yang dilakukannya, apa yang dibeli dan dari mana ia mendapat uang tambahan.
Rasa tersebutlah yang menjadikan seorang anak akan lebih berani mengambil sebuah pemikiran dan tindakan bahwa untuk memperoleh sesuatu  tidak harus ijin. Bahkan yang lebih parah jika pergaulan  anak terjerumus pada ketergantungan narkoba. Semua bisa menjadikan orang tua menangis darah. Anak memang kebanggaan akan tetapi mereka juga menjadi ujian bagi kehidupan orang tua. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Kahfi (18):46
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Dalam QS. Al-Anfal (8) ayat 28 Allah swt juga berfiman:


Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan  Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Ujian akan menjadi kebahagiaan dunia akhirat jikalau orang tua mampu dan berhasil  dalam mengarahkan dan mendidik anak. Akan tetapi jika gagal dalam melewati ujian sebab kesalahan perhitungan dan salah dalam mendidik, maka orang tua akan menyesal sepanjang hidupnya. Oleh karenanya dalam hal kebaikan orang  tua harus gigih pendiriannya berhadapan dengan keinginan anak. Ketika seorang anak bisa dikendalikan saat usianya kecil, maka orang tua selamanya akan mampu mengendalikannya dalam kebaikan saat anak dewasa.

Akan tetapi jika mulai dari kecil orangtua tidak mampu, maka selamanya anak akan sulit dikendalikan dan diarahkan. Karena mereka sebagai ujian, maka orang tua harus berhasil melewati ujian tersebut dengan kokohnya pendirian.

III.B.3  Anak Sebagai Musuh
Mengejutkan memang jika ternyata didalam al-Quran disebutkan bahwa anak bisa juga menjadi musuh. Bahkan itu tidak hanya terjadi di kehidupan  dunia ini akan tetapi sampai diakhirat kelak. Subhanalloh. Allah SWT berfirman didalam al-Qur’an surat Attaghobun ayat 14 yang berbunyi:
"Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Maksudnya adalah terkadang seorang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama. Semua akan menjadi penyebab kerugian dalam dua kehidupan sekaligus. Jika orang tua tidak mampu mengendalikan dan mengarahklan kepada suatu yang baik. Anak yang menjadi tumpuhan harapan itu menjadi musuh? Ironis memang. Jika ditanyakan,  semua itu salah siapa? apa yang diharapkan mulai dari kandungan dijaga, waktu lahir di doakan dan diharap-harap, waktu bayi ditimang, disayang, dipeluk, dicium. Sewaktu kecil anak dilatih berjalan sampai berlari, akan tetapi diusia dewasa mereka menjadi musuh yang senantiasa siap menyeret orang tua kepada permasalahan yang memalukan, terkadang menginginkan kehancuran orang tuanya sendiri. Perangainya membuat air mata orang tua tidak pernah berhenti mengalir.Arus pergaulan bebas yang sudah menjadi pola hidupnya, narkoba yang menjadi tumpuhannya. Semua itu menjadi sesuatu yang sangat sulit sekali dirubah ketika mereka menjadi musuh dalam kehidupan ini.

Pendidikan yang salah, memanjakannya terlalu berlebihan sehingga orang tua sendiri tidak sanggup menunjukkan kebenaran yang terkadang harus dipaksakan. Bahkan rasa sayang yang berlebihan sehingga tidak tega untuk memerintah anak yang kecapaian atau kelelahan agar mengerjakan perintah Allah seperti melatih Sholat, berpuasa, atau menjaga keharmonisan hablun Minannas. Sehingga dengan semua itu justru anak tidak mengetahui Allah sebagai tuhan dan tidak mengetahui berbagai kewajiban kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai hamba Allah SWT didunia ini dan sebagai manusia sebagai makhluk social.
Di dalam al-Quran di gambarkan bahwa kelak ada seorang anak  yang sanggup menyeret kedua orang tuanya ke neraka padahal kedua orang tuanya akan masuk syurga.

Anak tersebut bertanya : "siapa yang akan masuk syurga itu Ya Allah?" Allah menjawab: "mereka adalah kedua orang tuanya." Kemudian anak itu bertanya lagi "sebab amalan apa beliau bisa masyuk syurga Ya Allah?" "Mereka adalah ahli ibadah dan ahli kebaikan."

Mereka tekun mengerjakan amal-amal kebaikan baik wajib maupun sunah yang diperintahkan agama seperti sholat, puasa, zakat, haji, shodaqoh, berinfaq, mengerjakan amal amal sholeh, berbuat baik dengan saudara, tetangga, teman, sesama manusia dan makhluk Allah SWT. Kemudian anak tersebut mengadu kepada Allah,"Ya Ilahi…Engkau adalah Dzat yang Maha Kuasa dan adil. Pada hari ini tidak ada satupun perhitungan manusia yang tidak terselesaikan. Demi  kemulyaan- Mu Ya Alloh ! hamba tidak rela jikalau Engkau memasukkan kedua orang tuaku kedalam Syurga-Mu". Kemudian Allah bertanya : "sebab apa engkau tidak menginginkan kedua orang tuamu masuk Syurga?" Kemudian anak tersebut menjawab sebagaimana yang digambarkan dalam surat......?


Ilahi… sesungguhnya aku mentaati kedua orang tua ku, akan tetapi mereka tidak pernah mengajarkan kepadaku untuk mengenal-Mu. Mereka tidak pernah mengajarkan kebaikan kepadaku, mereka tidah pernah memerintahkanku untuk melakukan sholat, puasa, bershodaqoh, bahkan mereka tidak pernah mengajarkanku untuk membaca Al-Qur’an. Walaupun mereka tekun beribadah, akan tetapi mereka tidak pernah menunjukkan kepadaku mana yang menjadi perintah dan mana yang menjadi larangan-Mu. Sehingga aku menjadi ahli maksiyat yang tidak mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, dan semua itu sekarang menjadikan aku sebagai penduduk neraka. Ahirnya Allah swt berfirman, sekarang apa permintaanmu? Anak tersebut menjawab:
Ya Ilahii…hamba mohon kepadamu seretlah mereka, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat daripada aku dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".

Astaghfirullohal Adzim…..
Dari gambaran tersebut ternyata, orangtua menempati posisi yang sangat penting dalam pendidikan bagi seluruh putra putrinya. Jikalau orang tua tidak mampu mengarahkan kepada kebaikan dan hanya memberi kemewahan harta dan kasih sayang tanpa perhitungan, maka hal itu akan bisa menjadikannya betul betul menjadi orang yang merugi. Bukan hanya saja didunia akan tetapi juga diakhirat

III.B.4. Anak sebagai Penyejuk Hati
Kebahagiaan orang tua akan betul betul terasa manakala anak-anaknya tumbuh berkembang sejalan dengan harapannya. Mereka menjadi penyejuk hati manakala orang tua dalam keadaan susah. Anak mampu membuat jiwa terasa terhibur, tenang dan damai. Semua itu karena dia mampu menjadi penasehat diri kita dengan kemampuan dan ilmunya. Ahklaknya membuat kita bangga, pergaulaannya begitu terjaga, sehinga orang tua merasa tenang begitu anaknya berada dengan teman sepergaulannya. Karena orang tua yakin betul bahwa anaknya bisa membawa dan menempatkan diri dalam posisi akhlakul karimah.


"Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.al-Furqon (25): 74

Memang hebat anak ini. Semua itu karena keberhasilan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Karena memang didalam mendidik anak diperlukan waktu, ketekunan dan kesabaran. Pendekatan dan pengamatan terhadap watak anak dilakukan orang tua dengan tidak mengenal lelah.
Itulah berbagai macam kedudukan anak yang dipaparkan Allah SWT di dalalm al-Qur’an.banyak hal yang ada dalam benak manusia sebagai orang tua. Keinginan untuk memiliki anak yang menjadi terbaikpun pasti tidak lepas dari aral rintangan. Terkadang dihadapkan pada anak sendiri sebagai individu yang sulit untuk di tata.

 Terkadang terletak pada kesediaan waktu yang diberikan untuk anak. Sejenak menunggui  dan menemani untuk memperhatikan ahwal dan Aqwal dari perbuatan terkadang tidak lagi punya waktu. Apapun yang terjadi orang tua harus memiliki harapan setinggi tingginya untuk masa depan anak yang ingin menjadi baik didunia maupun baik diahirat. Sehingga amanah dari  Allah swt betul betul telah dilaksanakannya

III.     C . Kiat Menjadikan Anak Sholeh

      Ternyata memiliki anak sebagai permata dan penyejuk hati tidak mudah. Semua membutuhkan  Proses dan usaha serta motifasi. Yang harus dilakukan orang tua adalah
III.C.1 . Doa
Memohon kepada Allah swt, membacakan fatihah, membaca doa setiap selesai sholat agar anak anak menjadi ahli ilmu dan kebaikan.  seraya memohon
Yaalloh jadikanlah putra putri kami menjadi ahli ilmu dan ahli kebaikan.

Bahkan para nabipun tidak berhenti memohon kepada Allah SWT  untuk dianugeahi anak yang senantiasa dalam garis kesholihan dan ketaqwaan  kepada Allah SWT :

Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "YaTuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". ( QS. Ali Imran (3): 38)

III.C.2. Perbanyaklah shodaqoh untuk anak
Dalam kitab Usfuriyah menyebutkan ada 7 manfaat dari shodaqoh, Diantaranya shodaqoh bisa melunakkan hati. Bahkan Rosululloh saw pernah bersabda jika menemukan seseorang yang hatinya keras,maka (untuk melunakkannya )perbanyalah shodaqoh.
Ketika usia imam syafii masih balita, bapaknya sering sekali menshodaqohkan sebagian dari penghasilannya.Dan itu ditujukan untuk mengharap Ridho Allah SWT agar putranya kelak menjadi orang yang sangat lunak hatinya. Cepat menerima ilmu dan mampu memahami rahasianya. Mengharap agar kelak anaknya memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga dengan memperbanyak shodaqoh adalah sebuah tauladan yang baik bagi kita sebagai orang tua agar anak anak menjadi orang yang bermanfaat dikehidupan dunia maupun akhirat.

III.C.3.Mengarahkan dan selalu memberi nasehat

Janganlah merasa bosan dan lelah mengarahkan putra putrinya karena itu juga kunci keberhasilan sebagaimana Luqmanul Hakim. Dalam kitab WashoyaAl-abaa’i Lil Abna’ dijelaskan materi materi penjelasan seorang ayah kepada putranya agar menjadi manusia berakhlak mulia.

Dengan demikian kita tahu bahwa anak sebagai anugrah yang diberikan Allah sebagai penyejuk hati dan perhiasan dalam hidup, namun kita juga harus ingat bahwa anak merupakan amanah yang wajib kita jaga agar ketika kita dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah anak tidak akan menjadi fitnah dan msuh bagi kita disisi Allah sebagaimana dijelaskan diatas, karena itulah kita harus mensyukurinya sebagai anugrah sekaligus amanah, karena itu anak bagai pedang bermata dua, disatu sisi mata pedang itu bermanfaat bagi kita namun disisi lain mata pedang yang satunya dapat membahayakan kita bukan hanya di dunia namun juga diakhirat.


BAB IV
PENUTUP

Dalam penutupan  ini memiliki  kesimpulan  bahwa
1.         Tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah amanah Allah
2.         Tanggung Jawab tersebut berbentuk konsekuensi tugas dan kewajiban yang harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan istiqomah
3.         Melihat realitas kehidupan yang menunjukkan berbagai gejala dan aktifitas ternyata mendidik anak adalah sesuatu yang sulit.
4.         4 kedudukan anak yang diuraikan Allah SWT membuat stimulant sport mewujudkan anak menjadi Qurrotu A`yun

Adapun saran saran yaitu
1.         Agar orang tua selalu mengarahkan anak tanpa kenal lelah terus menerus
2.         Mencoba berbagi metode dalam menerapkan pendidikan anak sampai maksud dan tujuan tercapai dengan baik



[1] قال: عرضت على آدم فقال: خذها بما فيها، فإن أطعت غَفَرت لك، وإن عَصَيت عذبتك. قال: قبلت 
Abu Al-Fuda’ Isma’il bin ‘umar bin Katsir ad Damasyqi, Tafsir al-Quar’anil Adzim
[2] وقال ابن مسعود: الأمانة: أداء الصلوات، وإيتاء الزكاة، وصوم رمضان، وحج البيت، وصدق الحديث، وقضاء الدين، والعدل في المكيال والميزان، وأشد من هذا كله الودائع.
وقال أبو العالية: ما أمروا به ونهوا عنه
وقال عبد الله بن عمرو بن العاص هذه أمانة استودعتكها، فالفرج أمانة، والأذن أمانة، والعين أمانة، واليد أمانة، والرجل أمانة، ولا إيمان لمن لا أمانة له.

[3] Bukhori juz 5 halaman 280

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep Baru Pengajian

COVID-19 MEMAKNAI DAN MENANGGULANGI DALAM SKALA IMAN

Bimbingan Perkawinan di KUA Berbek