TAFSIR TEMATIK KEINDAHAN UCAPAN DAKWAH MENJADI PEREKAT HATI
KEINDAHAN
UCAPAN DAKWAH MEREKATKAN HATI
Oleh :
Dra. Nihayatul Laili Yuhana, M.PdI
PENYULUH AGAMA ISLAM FUNGSIONAL
KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KAB. NGANJUK
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?". Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. ( QS. Fushilat (41):33-34)
TEMA DAN SARI TILAWAH
1.
Setiap manusia memiliki lisan yang bisa mengucapkan apa
saja. Akan tetapi ada kreteria ucapan
yang paling baik dihadapan Allah SWT
2.
Ucapan dan perbuatan baik merupakan salah satu langkah
untuk menjadikan manusia berubah sebab adanya uswah secara langsung bisa
dirasakan
3.
Seseorang yang membenci dan menghalangi perjalanan dakwah
suatu saat akan bisa menjadi orang yang mendukung dakwah seperti sahabat karib.
MASALAH DAN ANALISA
JAWABAN
1.
Bagaimanakah mendiskripsikan sebuah ucapan yang baik ? Jawaban
sementara : perkataan yang selalu diucapkan untuk mengajak
kepada kebaikan dan mengajak manusia ke jalan Allah SWT.
2.
Bagaimanakah bentuk kongkrit dari ucapan bak yang mampu
merekatkan dan meluluhkan hati ? Jawaban sementara : ucapan baik
sebagaimana utusan Allah SWT yang telah
mendapatkan SK dari Allah untuk
dijadikan tauladan.
3.
Apakah untuk mencapai keberhasilan dakwah diperlukan
adanya beberapa kesiapan ? Jawaban sementara : Didalam
berdakwah pasti akan menghadapi berbagai konflik social sehingga kesiapan
mental , skil dan kemampuan menjadi
syarat mutlak urgent dalam berdakwah.
4.
Apakah semua ucapan baik mampu merubah suatu keadaan
mnjadi baik pula ? Jawaban sementara : semua perubahan
memerluka sebuah proses. Karenanya sebelum menjustifikasi sebuah dakwah
berhasil atau tidak maka harus dibuktikan dengan ikhtiyar. Selanjutnya Allah
yang menentukan.
BAB I
PENDALAMAN DAN PENELITIAN
UCAPAN YANG BAIK
Masalah nomor satu.
Bagaimanakah mendiskripsikan sebuah ucapan yang baik ?
Jawaban sementara :
perkataan yang selalu diucapkan untuk mengajak kepada
kebaikan dan mengajak manusia ke jalan Allah SWT.
Ucapan merupakan
refleksi dari kemampuan dan kematangan ilmu dan pemahaman seseorang. Orang yang
mengucapkan kata kata tidak jelas, kotor bahkan kata kata yang selalu diucapan
selalu menyakiti orang
lain menjadi gambaran dangkalnya ilmu yang dimiliki. Karena itu Allah SWT
sendiri menegaskan kepada manusia untuk selalu mengatakan dengan ucapan yang
baik. Bahkan dihadapan Allah SWT sebuah ucapan
yang baik itu ternilai daripada sebuah
amaliyah shodaqoh yang diiringi dengan ucapan yang buruk. Sebagaimana
dalam QS. Al-Baqoroh (2): 263.
Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik
dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si
penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.( al-Baqoroh (2): 263)
Allah SWT
mendiskripsikan ucapan yang baik itu dalam bentuk beberapa hal.
1.
Ucapan yang mengajak manusia untuk mengarahkan kepada
kebaikan.
Setiap katanya menjadi pelipur lara. Kata kata indah meneduhkan bagi pendengarnya. Setiap kata yang keluar dari lisannya mampu mengucapkan kata yang membuat seseorang memiliki motifasi untuk melakukan amaliyah yang baik.
Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung. ( QS.
Ali-Imran (3): 104)
2. Ucapan yang mengarahkan untuk meningkatkan amaliyah
sebagai upaya untuk mengajak manusia kejalan syurga yang diridhoi oleh Allah
SWT.
Ucapan
yang digunakan untuk mengajak manusia agar meningkatkan diri mencari ampunan
Allah SWT. Sebagaimana yang disebutkan Allah SWT
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.( QS.
Ali-Imron (3) : 104)
Ayat
diatas juga merupakan perintah dari Allah agar manusia senantiasa mengajak
kepada kebaikan dan merintahkan kepada sesuatu yang ma’ruf (segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah ), mencegah kepada yang mungkar (perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya
).
Dari keumuman ayat diatas,
bisa diambil kesimpulan bahwa mengajak manusia kepada jalan Allah adalah
suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat islam. Sehingga
didalam mengajak seseorang harus memiliki beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi agar tujuan dari seruannya dapat berhasil dengan baik. Dalam bahasa Indonesia yang memang disinyalir
dari bahasa arab dalam mengajak manusia dikenal dengan istilah “ Dakwah “.
Dakwah amar ma'ruf nahi munkar secara
praktis telah berlangsung sejak adanya interaksi antara Allah dengan hamba-Nya
yang dimulai dari periode Nabi Adam AS. dan akan berakhir bersamaan dengan
berakhimya kehidupan di dunia ini. Pada awalnya Allah mengajarkan kepada Nabi
Adam AS nama-nama benda, Allah melarang Nabi Adam mendekati pohon dan Allah
memerintahkan para malaikat sujud kepada
Nabi Adam. Semua Malaikat pada sujud kecuali
Iblis, dia enggan dan takabur.
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di bumi untuk
berdakwah. Ber amar makruf dan ber nahi munkar adalah salah satu fungsi strategis kekhalifahan manusia. Fungsi
tersebut berjalan terus-menerus seiring dengan kompleksitas problematka
kehidupan manusia dari zaman ke zaman. Dakwah tidak berada dalam konteks
masyarakat yang statis, tetapi berada dalam konteks masyarakat yang dinamis dan
tantangan dakwah yang semakin luas dan komplek. Oleh karena itu peningkatan
kualitas kompetensi muballigh harus secara terus menerus
dilakukan
secara efektif. Oleh perlu ada pemahaman husus tentang makna
dakwah itu sendiri.
2.a. Pengertian
Dakwah secara Etimologi
Kata dakwah memiliki arti
do’a, seruan , panggilan, ajakan,
undangan, dorongan dan permintaan. Berasal dari kata kerja. دعا yang
berarti berdo 'a, memanggil, menyeru,
mengundang, mendorong, dan mengadu. Dakwah secara etimologis
bersifat bebas nilai, artinya bisa mengajak kepada kebaikan atau ke jalan
Allah.
Mengajak
memang tidak selalu kepada kebaikan. Adakalanya ajakan seseorang berimplikasi
dan sarat muatannya adalah kedholiman dan kemaksiyatan.
2.a.1.
Ajakan kepada kemaksiyatan
Allah menjelaskan dalam alQur’an
“
Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan
mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka,
tentu aku akan cendrung untuk [memenuhi keinginan mereka], dan tentulah aku
masuk orang-orang yang bodoh “.[Q.S.Yusuf(12):33)
Oleh karenanya Allah SWT telah menjelaskan bahwa hanya jalan
Allahlah yang akan membawa pada keselamatan. Sebagaimana yang dicontohkan Allah
SWT yang dipaparkan dalam al-QS.
al-Baqoroh (2) : 221 bahwa
:
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik
dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka,
sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.
3.
Ucapan yang dikeluarkan hanya untuk mencari tempat
keselamatan (
darus salam ) . sehingga ucapan itu
timbul dari hidayah Allah SWT.
Allah
menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam). ( QS. Yunus (10) : 25 }
Oleh
karenanya ucapan yang baik harus terus ditingkatkan mengingat semuanya akan
senantiasa menjadi panutan.
Apalagi
jika setiap ucapan manusia yang
dilontarkan akan selalu didengarkan Allah SWT. Begitu pula Allah SWT
menugaskan malaikat
untuk berada disisi manusia sehingga malaikat akan selalu hadir sebagaiman yang
dfirmankan Allah SWT sebagai berikut :
tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
Malaikat Pengawas yang selalu hadir./ QS. Qoof (50):18
4.
Ucapan yang mengajak manusia agar menetapi kebenaran dan
kesabaran.
Dari ayat tersebut diatas memiliki suatu pemahaman bahwa
manusia yang tidak mau menggunakan lisannya untuk saling mengucapkan kata
kebenaran saat melihat kemungkaran
adalah manusia yang merugi. Begitu juga merugi bagi manusia
yang tidak mau menghibur seseorang yang sedang tertimpa musibah dan mendapat
ujian dari Allah SWT.
Kajian ayat diatas menunjukkan
dakwah menjadi kewajiban yang bersifat
kolektif [ fardhu kifayah ]. Setiap
muslim dan muslimat yang sudah baligh wajib berdakwah, baik secara aktif maupun
secara pasif. Secara pasif dalam arti semua sikap dan prilaku dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam sehingga dapat menjadi contoh dan
tuntunan bagi masyarakat.
BAB II
Masalah
nomor dua, Bagaimanakah bentuk kongkrit dari ucapan bak yang mampu merekatkan
dan meluluhkan hati ? Jawaban sementara : ucapan baik sebagaimana
utusan Allah SWT yang telah
mendapatkan SK dari Allah untuk
dijadikan tauladan.
Manusia
dalam setiap aktifitasnya dalam kehidupan ini sangat memerlukan figure yang
harus dicontoh. Semua itu bertujuan agar langkah yang diambilnya memiliki dasar
panutan yang benar. Begitu juga dengan aktifitas dakwah atau mengajak manusia
dalam kebaikan. Oleh karena kebenaran itu universal dan sifatnya subyektif,
maka manusia
memerlukan adanya suatu
panutan yang akan ditauladani dalam kegiatan berdakwah.
Allah
SWT dalam hal ini memberikan format husus kepada umat islam dalam hal berdakwah
dalam betuk yang telah dibingkai dengan mengikuti apa yang telah dilakkan oleh
hamba hamba yang dipilihNya. Allah SWT te;ah memberi SK secara permanen bahwa
ada hamba yang hanya pantas ditauladani diantaranya :
1.
Ketauladanan dari Nabi Muhammad saw sebagaimana dalam firman Allah SWT yang berbunnyi :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(QS.Al-Ahzab (33):21)
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada
teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala)
Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan Barangsiapa yang berpaling,
Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(QS.Mumtahinah
(60):6)
2.
Ketauladanan Nabi Ibrahim As.
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada
kaum mereka:
"Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari
daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan
telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada
bapaknya "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada
dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata):
"Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada
Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami kembali." .(QS.Mumtahinah
(60):4)
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat
dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif[843]. dan sekali-kali
bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), ( QS. An-Nahl
(16):120)
BAB III
Tipologi Manusia Saat Menerima Indahnya Ucapan Dakwah
Masalah
nomor tiga,
Apakah untuk mencapai
keberhasilan dakwah diperlukan adanya beberapa kesiapan ?
Jawaban sementara :
Didalam
berdakwah pasti akan menghadapi berbagai konflik social sehingga kesiapan
mental , skil dan kemampuan menjadi
syarat mutlak urgent dalam berdakwah.
Tugas dakwah menjadi
kewajiban semua umat manusia. Hal ini menjadi sesuatu yang sangat membutuhkan
adanya skill, kemampuan dan qualivife. Semua ini disebabkan karena manusia yang
dihadapi baik secara individu maupun kelompok memiliki karakter yang berbeda
anatara satu dengan yang lainnya. Manusia memiliki tipologi dan adat kebiasaan
yang juga berbeda. Ada yang suka menentang, ada yang suka melecehkan, ada yang
suka melempar masalah. Bahkan ada jga manusia yang memiliki jiwa labil, oleh
karena itu suatu ajakan yang berupa ucapan yang bijak dan penuh aturan yang
disertai dengan metode yang tepat yang akan memiliki tingkat keberhasilan yang
tinggi.
Adapun tipologi
manusia dalam menerima ucapan yang indah saat berdakwah memiliki berbagai
respons yang berbeda. Sehingga dalam hal ini perlu dikenali tipologi dan Aspek
manusia
diantaranya :
1.
a. Manusia yang suka melecehkan saat mendengar
ucapan baik.
Karakter manusia ini. Juga dijelaskan oleh Allah SWT yang berbunyi :
Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa
orang Rasul sebelum kamu Maka turunlah kepada orang yang mencemoohkan
Rasul-rasul itu azab yang selalu mereka perolok-olokkan.( QS.al-anbiya’
(21):41)
Dan
Sesungguhnya telah diperolok-olokkan beberapa Rasul sebelum kamu, Maka aku beri
tangguh kepada orang-orang kafir itu kemudian aku binasakan mereka. Alangkah
hebatnya siksaan-Ku itu! QS. Ar-Road (13):32)
Orang berdakwah itu pasti akan menemukan seseorang yang akan
melecehkan dirinya. Pelecehan bisa dari segala segi
sesuai
dengan cara pandang manusia. Bahkan Rasulullah saw sebagai manusia yang dipilih
langsung
oleh Allah SWT masih juga dilecehkan oleh kafir Quraisy. Bahkan pelecehan itu
bisa datang
sebab
dari materi dakwah yang dianggap tidak menarik ataupun basi. Atau juga karena kedudukan dan pangkat orang yang
mengucapkan indahnya dakwah bukan dari golongan pejabat. Atau bahkan pelecehan
itu sebab harta atau pun keturunan yang dianggap rendah. Oleh sebab itu orang
yang akan mengajak kabaikan dengan capan dakwahnya harus siap mental.tidak
surut dan tidak berputus asa.
1.b. Manusia
yang suka menentang.
Allah SWT memberikan
gambaran jenis yang dipertentangkannya saat terjadi pada masa saw. Nabi Musa as.
Mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk
Kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina Apakah itu." Musa
menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi
betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu". Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada
Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami apa warnanya". Musa
menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi
betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang
yang memandangnya." (QS. Al-Baqoroh (2):68-69)
1.c. Manusia yang suka melempar masalah
Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah
diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk Kami
kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada
sisimu[559]. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada Kami,
pasti Kami akan beriman kepadamu dan akan Kami biarkan Bani Israil pergi
bersamamu".(QS. Al-A’rof (7): 134)
1.d. Manusia
yang suka berkeluh kesah dan memiliki jiwa labil. Sebagaimana firmanNYa :
Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, Dia memohon
(pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan
memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah Dia akan kemudharatan yang pernah Dia
berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan Dia
mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari
jalan-Nya. Katakanlah:
"Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu Sementara waktu; Sesungguhnya
kamu Termasuk penghuni neraka".( QS. Az-Zumar (39):8)
Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata:
"Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan
urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa
gembira.( QS. At-Taubat (9): 50)
Ucapan dalam berdakwah pada hakikatnya suatu proses
mengadakan perubahan secara normatif sesuai dengan Al-Qur’an, dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW.
Sebagai contoh adalah perubahan dari
beriman kepada selain Allah SWT menjadi beriman Kepada Allah SWT, atau dari
ideologi yang batil, sesat kepada
ideologi yang benar, dari kebodohan kepada kepintaran, dari kultur dan
akhlaq yang sesat kepada kultur, dan akhlaq yang benar, dan mulia, dari malas
beriibadah menjadi rajin beribadah, dari kehidupan yang bertentangan dengan
Islam menjadi berkehidupan yang Islami, dari tidak perduli pada agama menjadi
perduli dan semangat beragama dan lain sebagainya.
2.
Adapun
untuk menyampaikan indahnya ucapan itu dalam berdakwah harus memperhatikan beberapa aspek.
Menurut
H.M.Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar, Bulan Bintang Jakarta 1977, hal.
13-14. Yang harus diperhatikan adalah:
2.a. Aspek usia ; anak-anak, remaja dan orang
tua.
2.b. Aspek kelamin ; Laki-laki dan perempuan.
2.c. Aspek agama ; Islam dan kafir atau non
muslim
2.d. Aspek sosiologis
; Masyarakat terasing, pedesaan, kota kecil dan kota besar, serta masyarakat
marjinal dari kota besar.
2.e. Aspek sturktur kelembagaan ; Legislati,
ekskutif, dan yudikatif.
2.f.
Aspek
kultur ke-beragamaan ; Priyayi, abangan dan santri.
2.g. Aspek
ekonomi ; Golongan kaya, menegah, dan miskin.
2.h. Aspek
mata pencaharian ; Petani, peternak, pedagang, nelayan, karyawan, buruh dll.
2.i. Aspek khusus ;
Golongan masyarakat tuna susila, tuna netra, tuna rungu, tuna wisma, tuna karya, dan
narapidana.
2.j. Komunitas masyarakat seniman, baik seni musik,
seni lukis, seni pahat, seni tari,
artis, aktris dll.
Seseorang yang mengajak perbuatan baik
dengan ucapan tidak hanya mengetahui objek dakwah secara umum dan secara khusus
tersebut, tetapi yang lebih penting lagi yang harus diketahui adalah hakikat
objek atau sasaran dakwah itu sendiri.
Adapun hakikat objek dakwah adalah seluruh dimensi
problematika hidup objek dakwah, baik problem yang berhubungan dengan aqidah,
ibadah, akhlaq, mu’amalah [ pndidikan, social, ekonomi, politik, budaya
dll
3.
Adapun
Kompetensi substantif yang
harus dimiliki oleh pelaku dakwah dengan ucapan yang baik adalah harus:
3.a. Memiliki
ilmu Pemahaman agama Islam secara komprehensif, tepat dan
benar. Dalam melakukan dakwah ilmu
pengetahuan sangat dominan, karena menyampaikan tanpa ilmu hanyalah kebohongan,
sehingga saat menemui kesulitan akan mampu bertutur berdasarkan ilmunya. Allah
sendiri menegaskan bahwa ilmu adalah persyaratan Allah untuk mengangkat derajat
hamba.
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis",
Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.( QS. Al-Mujadalah ( 58): 11)
3.b. Memiliki akhlaqul kariimah. Seorang
pribadi yang menyampaikan ajaran yang mulia, dan mengajak oang menuju
kemuliaan, tentula seorang da’i memiliki
akhlaq mulia yang terlihat dalam seluruh aspek kehidupannya. Seorang
da’i harus memiliki sifat shiddiq, amanah, sabar, tawaddhu’, adil, lemah lembut
dan selalu ingin meningkatkan kualitas ibadahnya, dan sifat-sifat mulia
lainnya. Lebih dari itu kunci utama keberhasilan da’i adalah
satunya
kata dan perbuatan. Allah mengancam seorang da’i atau siapa saja
yang perkatannya tidak sejalan dengan perbuatannya , atau hanya bisa berkata
tapi tidak mau
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. [ Q.S. Ash-Shaf 61: 2-3 ] [1]
3.c. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan yang relatif
luas, yang dimaksud dengan pengetahuan di sini adalah cakupan ilmu pengetahuan
yang paling tidak terkait dengan pelaksanaan dakwah, antara lain, ilmu bahasa,
ilmu
komunikasi, ilmu sosiologi, psikologi dakwah, teknologi
informasi baik cetak maupun elektronik, dan lainnya.
3.d. Memahami hakikat dakwah. Hakikat
dakwah pada dasarnya adalah mengadakan
prubahan sesuai dengan al-Qur’an dan al-
Hadits, artinya perubahan yang bersifat normatif, sebagai
contoh : Perubahan dari kebodohan kepada kepintaran, perubahan dari keimanan
atau keyakinan yang betil kepada keyakinan yang benar, dari tidak faham agama
Islam menjadi faham Islam, dari tidak mengamalkan Islam menjadi mengamalkan
ajaran Islam, dan Allah tidak akan memberi petunjuk dan kemudahan kepada
manusia untuk dapat berubah kecuali kalau manusia berjuang dengan ichlasan, tekat yang kuat, ikhtiar
yang maksimal. Allah berfirman :
Bagi manusia
ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767].
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak
ada pelindung bagi mereka selain Dia.( Q.S. ar-Ra’d (13): 11 )
3.e. Mencintai
objek dakwah [ mad’u ] dengan tulus, mencintai mad’u merupakan salah salah satu
modal dasar bagi seorang da’i dalam
berdakwah, rasa cinta dan kasih sayang terhadap mad’u akan membawa ketenangan
dalam berdakwah, seorang da’i harus menyadari bahwa objek dakwah adalah saudara
yang harus dicintai, diselamatkan dan disayangi dalam keadaan apapun,
walaupun dalam
keadaan objek dakwah menolak pesan yang disampaikan atau meremehkan bahkan membeci, kecintaan da’i terhadap mad’u
tidak boleh berubah menjadi kebencian, hati da’i boleh prihatin dan dibalik
keprihatinan tersebut seyogyanya da’i dengan ikhlas hati mendo’akan
agar mad’u mendapat petunjuk dari Allah SWT.
3. d.Mengenal
kondisi lingkungan dengan baik. Da’I harus memahami latar belakang kondisi
social, ekonomi, pendidikan, budaya dan berbagai dimensi problematika objek
dakwah, paling tidak mendapat gambaran selintas tentang kondisi mad’u secara
umum, agar pesan dakwah komunikatif atau sesuai dengan kebutuhan mad’u.
BAB IV
KEBERHASILAN UCAPAN YANG
BAIK
Pada dasarnya keberhasilan dari indahnya ucapan dalam
berdakwah itu bertahap, dan sangat
beragam, ini terkait dengan hetroginitas
objek dakwah, dan perbedaan-perbedaan problematik yang dihadapi oleh objek dakwah,
sebagai contoh ; Bagi objek dakwah yang beragama Islam, tetapi belum memahami
ajaran Islam tentang ibadah sholat, maka tujuan dakwah tentu agar mad’u
mengetahui sholat dan tata cara pelaksanaannya, bagi mad’u yang sudah bisa
sholat, tetapi belum mau melaksanakan sholat,
sudah tentu tujuan dakwah, agar mad’u termotivasi untuk
melaksanakan ibadah sholat.
Keberhasilan dari sebuah dakwah itu adanya suatu perubahan.
Manusia yang terus menerus di nasehati suatu saat juga akan berubah.
Akan tetapi perubahan yng diharapkan bukan
perubahan yang semakin jelek tapi perubahan yang semakin bagus. Yang jelas
dalam berdakwah diperluka keyakinan. Manusia hanya diperintahkan untuk berbuat
dan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT. Sebab manusia mendapat petunjuk atau
tidak itu tergantung Allah SWT. Sebagaimana firmanNya kepada nabi Muhammad saw.
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada
orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk.( QS. Al-Qoshosh (28): 56)
Akan tetapi untuk keberhasilannya hendaknya diperhatikan
berbagai hal diantaranya :
1. Metode Dakwah
Metode
dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang
prinsip-prinsip metode dakwah harus mencermati firman Allah Swt, dan Hadits
Nabi Muhammad Saw :
Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.[ Q.S. As-Nahl: 125]
Dari ayart tersebut dapat difahami
prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum
metode dakwah yaitu ; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, metode mujadalah
billati hia ahsan.
Akan tetapi banyak penafsiran para
Ulama’ terhadap tiga prinsip metode tersebut antara lain :
1. Metode hikmah menurut Syeh
Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan
yang jelas dan tegas disertai dengan
dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan.
2. Metode mau’izah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi adalah
memberi peringatan kepada orang lain dengan fahala dan siksa yang dapat
menaklukkan hati.
3. Metode mujadalah dengan
sebaik-baiknya menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menegaskan
agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang
satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu
sebagai kawan yang
saling tolong-menolong
dalam mencapai kebenaran. Demikianlah
antara lain pendapat sebagaian Mufassirin tentang tiga prinsip metode
tersebut. Selain metode tersebut Nabi
Muhammad Saw bersabda :
“ Siapa di antara kamu melihat
kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan
lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah
selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ]. [2]
Dari hadis tersebut
terdapat tiga tahapan metode yaitu ;
1. Metode dengan tangan [ bilyadi ],
tangan di sini bisa difahami secara tektual ini terkait dengan bentuk
kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan
atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh
penguasa yang berjiwa dakwah.
2. Metode dakwah dengan lisan [ billisan ], maksudnya dengan
kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad’u, bukan dengan
kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.
3. Metode dakwah dengan hati [ bilqolb ],__ yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah dalam
berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad’u dengan tulus, apabila
suatu saat mad’u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan,
mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’I atau muballigh,
maka hati da’i tetap sabar, tidak boleh
membalas dengan kebencian, tetapi
sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da’i hendaknya
mendo’akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Selain
dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil uswatun hasanah ,
yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW banya ditentukan oleh
akhlaq belia yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan
sehari-hari oleh masyarakat.
Seorang muballigh harus menjadi teladan yang baik dalam
kehidupan sehar-hari.
2.
Sarana
Dakwah
Sarana dakwah yang baik, setrategis dan memadai, menjadi
salah satu factor yang turut menentukan keberhasilan dakwah Islam, sarana yang
dimaksud antara lain adalah Masjid, musholla, sekolsh, perpustakaan, kantor,
balai desa dll.
a. Media Dakwah
Media
adalah alat yang menjadi saluran yang menghubungkan ide dengan umat, suatu
elemen yang sangat vital yang merupakan uran nadi dalam totalitas dakwak.
Kemajuan teknologi informasi dan globalisasi sekarang ini seolah-olah menjadikan seluruh dunia menjadi
satu kampung saja, perpindahan informasi dari suatu benua ke benua lain bagai
cepatnya kilat.
sehingga seseorang yang sedang berbicara di Mesir umpamanya, dapat
didengar, dilihat dan dipantau dari berbagai
penjuru dunia. Padahal sebelumnya, ketika seorang muballigh berbicara di
suatu Masjid, mungkin jama’ah yang khadir tidak semuanya bisa melihat wajah
muballighnya, dan barakali juga tidak mendengar suara muballigh.
Pemanfatan kemajuan media teknologi informasi baik cetak
maupun elektronik sangat menentukan effektifitas dakwah, baik dilihat dari
aspek luasnya jangkauan wilayah dakwah maupun dari aspek daya komunikatifnya.
b. Managemen
Dakwah
Managament dakwah memegang pranan penting dalam menentukan
keberhasilan dakwah. Yang dimaksud dengan managemen dakwah adalah suatu proses
pemampatan serta pendayagunaan kseluruhan sub system dakwah dakwah secara
effektif untuk mencapai sasaran dan tujuan dakwah. Dalam upaya membangun
managemen dakwah
harus memperhatikan
prinsip-prinsip managemen secara keseluruhan, yang dimaksud dengan
prinsip-prinsip managemen dakwah adalah :
1. Organisasi dakwah.
Oraganisasi dakwah yang dibentuk dengan baik, dengan menempatkan
seseorang dalam struktur organisasi sesuai dengan bidang, bakat, dan minat
mereka masing masing, dan dapat dikelola dengan baik dan rapi akan menjadi
kekuatan gerakan dakwah yang dapat bergerak secara efektif, dan akan dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan dakwah dengan baik.
2. Perencanaan dakwah yang baik dan
terprogran secara rapi, dan bertahap akan sangat menetukan tahapan-tahapan
apa yang harus dicapai, sebaliknya
dakwah yang dilaksanakan tanpa perencanaan yang mateng akan sulit mencapai
sasaran dan tujuan yang jelas.
3. Pelaksanaan dakwah, dakwah yang dilaksanakan dengan berlandaskan
perencanaan dakwah yang matang biasanya kegiatan dakwah akan dapan dilaksanakan
secara tertib, teratur, dan efektif.
4. Mengontrol
kegiatan dakwah sangat penting untuk mengantisipasi kekurangan-kekurangan yang
terjadi dalam proses dakwah, dan sangat bermanfaat untuk menjaga kesinambungan
proses kegiatan dakwah. 5. Evaluasi dakwah. Untuk mengetahui apakah dakwah itu
berhasil atau tidak, gagal atau tidak harus ada proses evaluasi yang cermat,
teliti, dan objektif, dengan menetapkan parameter-parameter keberhasilan atau
ketidak berhasilan suatu aktifitas dakwah, dan dari hasil evaluasi secara
objektif dapat dijadikan konsideran untuk menyusun langkah-langkah strategi
dakwah yang lebih efekktif
pada masa berikutnya,
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.[ Q.S. Al-Hasyr 59: 18 ].
Dari ayat tersebut dapat difahami bahwa perlu adanya suatu
proses evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan, untuk merencanakan
hidup yang lebih baik di masa-masa yang
akan datang, termasuk kegiatan dakwah yang telah dilakukan perlu dievaluasi.




























Komentar
Posting Komentar